Minggu, 12 Agustus 2012

Being Manusia Wajib


Menjadi manusia seperti apa, itu adalah  pilihan, ya pilihan, jika B adalah Birth dan D adalah Death maka diantaranya ada C yakni Choice, pilihan untuk menjalani masa di antara kedua keniscayaan tersebut, Choice, pilihan yang harus melibatkan Zat ini sebelum apapun, A yakni Allah.

Memilih menjadi manusia seperti apa mungkin menjadi salah satu dari choice yang sebenarnya sangat mudah jika kita harus melafalkan_melisankan ingin menjadi yang mana, namun sulit jika harus membuktikan dengan perbuatan, karena bagaimanapun, perbuatan_action membuktikan setiap kata yang terucap, apakah hanya seperti terjemahan Q.s As Shoff ayat 2 s.d 3 "Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan". Ayat ini yang biasanya ditujukan dalam hal berdakwah, saya pikir bisa digunakan pada kesempatan ini juga. Perbuatan kita harus mencerminkan apa yang kita katakan.

Menjadi manusia seperti apa?
Ini dikutip dari pernyataan EmHa Ainun Najib, bahwasanya manusia dibedakan menjadi empat berdasarkan dampak keberadaannya bagi lingkungan sekitarnya
Pertama. Manusia wajib
Khairunnas anfa'uhum linnas--> sebaik-baik menusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain, manusia seperti ini keberadaannya sungguh memberikan ketenangan, memberikan manfaat, keberadaannya dinanti, setiap permasalahan pasti akan selesai jika ia ada, manusia seperti ini sungguh wajib keberadaannya di sisi orang-orang di sekitarnya, keberadaannya dinanti, menjadi wajib, karena jika ia tiada mungkin banyak urusan yang terbengkalai, mungkin akan banyak hati-hati yang menangis, manusia penuh teladan, penuh manfaat, penuh kemuliaan
Inikah kita?

Kedua. Manusia sunnah
Keberadaannya masih dinanti, karena ia mampu memberikan manfaat bagi sekitar, mampu membuat lingkungannya bahagia, namun ketiadaannya bukan menjadi suatu masalah. Menusia ini dimana berada masih selalu memberi teladan, memberi kemuliaan
Inikah kita?

Ketiga. Manusia mubah/ makruh
Keberadaan ketiadaannya bukan hal yang cukup dipikirkan, ada atau tidak orang ini kondisinya sama saja, tak ada kebaikan yang bertambah, semuanya stagnan, tanpa kebermanfaatan, tanpa teladan, tanpa kemuliaan. Manusia mubah/makruh tentunya tidak dipedulikan keberadaannya karena tidak mempu memberikan sesuatu yang signifikan
Inikah kita?

Keempat. Manusia Haram
Keberadaannya sungguh-sungguh dianggap bagaikan suatu kerugian semata, haram. Keberadaannya hanya menambah keributan, menambah kemaksiatan, merusak kedamaian, merusak sistem, membuat banyak hati berduka. Kepergiannya sungguh sangat dinanti, tanpa penyesalan, tanpa merasa dimiliki. Manusia tertolak.
Inikah kita?
Naudzubillah

Choice, pilihan itu ada di tangan kita. Bagaimana kita mendekatkan diri pada Allah agar pilihan yang kita ambil benar. Bagaimana kita melakukan yang seoptimal mungkin, yang terbaik dalam hidup kita hingga Allah menilai kita pantas mendapat pahala-Nya.
Pilihan itu ada di tangan kita, bagaimana kita mampu meyakinkan Allah bahwa kita benar-benar manusia yang berhak mendapat rahmat-Nya
Pilihan itu ada di tangan kita, pilihlah yang terbaik
Buktikan dengan aksi nyata yang terbaik, dengan perjuangan, dengan keistiqomahan

1 komentar:

  1. Subhanallah.. jazakillah ren atas postingannya..
    ane... sepertinya memang belum dan sangat jauh untuk disebut sebagai manusia wajib. yang sunnah aja masih disebut kadang-kadang...

    proses... IsnyaAllah.. saling mendo'akan... :')

    BalasHapus