Minggu, 25 November 2012

Dari Seorang Pencari Jati Diri kepada Bayangnya

Kau lelah?
Hei kau! Ya Kau!
Kau capek?
Kau Bosan?
Kau bosan dengan rutinitas monotonmu itu?
Hmm
Dan kau pun sekarang jadi robot aktivitasmu
Kesana kemari bagai zombie
Beraga tapi tak bernyawa.
Hampa!

Kau bayangku, istirahatlah sejenak
Dengarkan ceritaku!

Akan tiba suatu masa
Ketika gunung-gunung tercerabut dari akarnya,
terombang-ambing bagai bulu termainkan angin topan
Kau dapat imajinasikan itu, wahai bayangku?
Gunung-gunung di sana bagai bulu-bulu yang terbang!
Dan manusia ibarat laron tak tahu arah

Material panas, dingin, padat, cair, besar, kecil, semuanya!
Bumi mengeluarkan semua beban yang dikandungnya
Bumi diguncangkan, dahsyat!
Dan kau, serta semua makhluk di alam raya ini
Di tengah segala kekacauan itu
Akan menuju suatu tempat,
dimana keadilan ditegakkan lebih dari sekedar mimpimu akan keadilan yang ideal
Kebaikan, kejahatan meski hanya seberat biji sawi
Akan diberikan balasannya
Tangan, kaki,  mata, telinga, semua akan bersaksi

Jadi, masihkah kau ragu?
Masihkah kebencian itu ada?
Masihkah perasaan tak adil itu mengusikmu?
Setiap kelelahan itu akan ada balasannya, wahai bayangku
Dengarkan aku pada setiap bersitan niatmu
Kau mendengarku bukan?!

Wahai bayangku, aku adalah kau
Kau adalah aku!
Kenapa kau diam?
Bicaralah!
Bicaralah!

"Siapa kau?
Kau bicara padaku?
Haruskah aku mendengarmu?
Aku tak mengenalmu.
Pergilah!
Jangan buang-buang waktumu!"

Langitpun semakin menghitam
Lolongan anjing hutan sayup-sayup mengerikan
Gelegar petir semakin menciutkan hati
Hujan deras pun mengguyur bumi
Malam semakin larut
Dan cermin di depanku sudah tak berbentuk

Kamis, 15 November 2012

Antara Das Solen dan Das Sein Implementasi Program Corporate Social Responsibility PT Newmont Nusa Tenggara


 Diposkan juga di: http://sosbud.kompasiana.com/2012/11/15/antara-das-solen-dan-das-sein-implementasi-program-corporate-social-responsibility-pt-newmont-nusa-tenggara-503453.html           
                    Rangkaian Sustainable Mining Bootcamp selama satu minggu di Batu Hijau, Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat telah berlalu sejak awal pekan lalu. Berbagai pengalaman baru mengenai aktivitas dunia tambang sedikit banyak mulai direfleksikan dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari budaya melakukan pengkajian dan riset dalam membuat keputusan, nilai-nilai safety yang ditanamkan dalam setiap aktivitas serta semua pembelajaran yang diperoleh dalam setiap interaksi selama berada di sana. Ada satu hal yang sampai saat ini membuat saya mempunyai keingintahuan untuk mengeksplorasinya lebih jauh yakni mengenai Corporate Social Responsibility dan Community Development.
            Corporate Social Responsibility berawal dari sebuah kesepakatan The World Bussiness Council for Sustainable Development (WBCSD) di Johannesburg Afrika Selatan pada tahun 2002. Di Indonesia sendiri, CSR diatur dalam UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 74 ayat 1 yang menyatakan perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Tujuan adanya CSR adalah mendorong seluruh perusahaan di dunia ikut serta dalam menciptakan pembangunan berkelanjutan (sustainable development), bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan, komunitas lokal dan komunitas secara keseluruhan dalam peningkatan kualitas hidup (Setyaningrum:2011)1. Berdasarkan tujuan tersebut sudah selayaknya perusahaan yang termasuk dalam kategori wajib melaksanakan program CSR memprioritaskan penyusunan program CSR sehingga benar-benar mampu memberdayakan masyarakat di sekitar lokasi operasi. Program pemberdayaan, bukan charity atau pemberian yang karikatif. Program pemberdayaan masyarakat yang mempunyai tujuan sustainability of development dapat terlaksana dengan baik ketika keputusan pelaksanaan program berdasarkan hasil asesmen kebutuhan masyarakat di sekitar perusahaan, mempertimbangkan potensi yang dimiliki dan hambatan yang mungkin ditemui, serta memperkirakan konsekuensi-konsekuensi apa yang akan muncul kini maupun yang akan datang  ketika program tersebut dilaksanakan.
            PT Newmont Nusa Tengggara (PT NNT) sebagai perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan pun mempunyai kewajiban dalam melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam pasal 74 ayat 1 UU No 40 tahun 2007 tentang. Program CSR tersebut diimplementasikan dalam kegiatan community development yang bergerak di berbagai bidang mulai dari pendidikan, kesehatan, usaha ekonomi masyarakat, pertanian, kelautan dan pariwisata serta sosial budaya dan agama. Dalam tataran konsep, pelaksanaan community development PT NNT diharapkan dapat selalu berlandaskan delapan prinsip dasar yakni kesejahteraan, kemandirian, keterpaduan, keberlanjutan, keterbukaan, partisipatif, akuntabilitas dan keadilan sehingga visi dari  community development yakni “Masyarakat yang sehat, cerdas, mandiri, sejahtera dan religius” dapat diwujudkan. Melihat visi, misi dan prinsip dasar yang melandasi pelaksanaan program CSR PT NNT bagi saya pribadi memunculkan ekspektasi yang luar biasa besar terutama mengenai kemajuan dan kesejahteraan masyarakat Sumbawa Barat atau minimal pada masyarakat yang berada di area lingkar tambang. Namun pada tataran praktis, segala hal yang disusun sedemikian rapi dalam rencana strategis terlihat sedikit kurang memuaskan (jika tidak mau dikatakan buruk).
            Dari hasil perbincangan dengan masyarakat di sekitar area lingkar tambang (terlepas dari apapun motif mereka menyampaikan ini) diperoleh informasi bahwa CSR yang dilakukan oleh PT NNT masih berada dalam tataran charity dan karikatif, pembangunan infrastruktur banyak namun tidak ada pendampingan dan keberlanjutan, masih terkesan “menggugurkan kewajiban untuk melaksanakan CSR”, belum diimplementasikan dalam program  yang terencana, sesuai kebutuhan masyarakat dan berkelanjutan. Masyarakatpun berteriak “Pernahkah Newmont berpikiran untuk membiayai sekolah anak-anak cerdas di lingkar tambang mulai dari SD hingga perguruan tinggi? Pernahkan Newmont berpikir untuk memberikan penyuluhan mengenai usaha kecil yang menguntungkan kemudian memberi modal dan melakukan pendampingan sampai masyarakat mandiri?” Jeritan masyarakat yang tidak bisa diabaikan begitu saja melainkan harus dijadikan bahan evaluasi, saran dalam penyusunan program sehingga ke depannya lebih tepat sasaran, tepat waktu dan tepat guna. Dari penglihatan saya sendiri masih menyaksikan kondisi masyarakat yang begitu senjang dengan kehidupan karyawan di dalam townsite (kompleks tempat tinggal karyawan di daerah bukaan tambang) mulai dari kondisi rumah, penampilan dan yang utama adalah dari segi kemandirian. Yang mengkhawatirkan adalah pekerjaan mereka sebagai penambang liar rumahan, tidak menghasilkan in come sedemikian banyak namun bisa jadi mencemari lingkungan karena menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya tanpa prosedur.
            Dalam pelaksanaan CSR termasuk yang diimplementasikan dalam Community Development sebuah perusahaan akan berhadapan dengan stakeholder dari berbagai kalangan yang biasanya membawa berbagai motif untuk diperjuangkan. Dan tujuan utama dari perusahaan adalah menyeimbangkan kepentingan antara stakeholder sehingga memperoleh dukungan demi keberlangsungan operasi perusahaannya. Hal ini menyebabkan kendala efektivitas dari program community development yang diterapkan perusahaan semakin tiada ujung pangkalnya, selalu berulang dan sulit ditemukan solusinya, hal ini pula yang mungkin terjadi pada PT NNT melihat bahwa dalam pelaksanaan community development-nya PT NNT melibatkan aparatur pemerintah daerah sedangkan target sasaran adalah masyarakat di lingkar tambang yang sering merasakan ketidak tepatan program community development. Terjadilah ketimpangan kepentingan antara masyarakat, pemerintah dan mungkin dari PT NNT sendiri apalagi terjadi perbedaan informasi dimana menurut satu pihak penyusunan program community development merupakan hasil diskusi dari semua pihak sementara pihak lain merasa tidak dilibatkan dalam penyusunan program tersebut.
            Ternyata dibalik semua keteraturan proses penambangan (mining), proses pengolahan yang meminimalisasi penggunaan bahan kimia, penempatan tailing di dasar laut dalam yang based on penelitian termutakhir, rancangan program perlindungan environment sekitar area tambang, reklamasi dan konservasi flora fauna masih tersimpan pekerjaan rumah cukup besar bagi PT NNT yakni pelaksanaan program community development yang efektif dan efisien sehingga gap antara das solen (harapan) dan das sein (realita) tidak begitu lebar. Meskipun masih banyak kekurangan, keberadaan usaha kecil aloe vera dan pembuatan batu bata program dampingan PT NNT perlu diapresiasi. Dan ketika mau sedikit oportunis, menurut teori deontologi yang dikemukakan Immanuel Kant yakni suatu perbuatan dikatakan baik jika dilakukan karena memang wajib untuk dilakukan tidak peduli bagaimana hasilnya, program CSR PT NNT sudah dapat dikatakan baik. Namun saya yakin, PT NNT akan terus memperbaiki kualitas perusahaan hingga tercapilah visi menjadi yang terdepan dalam bidang keselamatan kerja, perlindungan lingkungan dan tanggung jawab sosial.








           
                1 Setyaningrum, Dyah Ayu (2011) Pengaruh Implementasi Corporate Social Responsibility terhadap Kesejahteraan Hidup Masyarakat (Studi Kasus pada PT. APAC INTI CORPORA, Bawen). Universitas Diponegoro. Halaman 18 dan 30.

Daily report Sustainable Mining Bootcamp

Hari pertama (4 November)
Nama saya Rere. Sebelumnya saya utarakan terlebih dahulu bagaimana ceritanya saya bisa tergabung dalam kegiatan ini, Sustainable Mining Bootcamp, berawal dari ajakan senior di UI kemudian mempertimbangkan beberapa hal seperti gratis, liburan pasca UTS akhirnya fixed ikut dengan tujuan ‘mulia’ ingin mendalami sisi psikologis karyawan dan masyarakat serta mengetahui apa yang dipikirkan oleh sebuah perusahaan tambang besar terkait kegiatannya. Pukul 1 janjian di depan detos (Depok Town Square) bersama orang-orang yang baru saya kenal hari itu juga. Walaupun sama-sama dari UI, karena tidak pernah bersua jadi tidak saling mengenal. dengan demikian dapat dikatakan sustainable mining bootcamp mempertemukan kita dari berbagai latar belakang dalam sebuah perjalanan luar biasa ke sebuah negara bernama Newmont. berangkatlah kami ke bandara soekarno hatta karena janjian ketemu dengan yang lain pukul 2.30. Pukul 2 sampai di bandara dan chek in pukul 4. Terbang ke Denpasar pukul 05.30 WIB sampai 07.30 WITA. berlanjut terbang menuju Lombok, perjalanan darat menuju pelabuhan Kayangan naik boat turun di pelabuhan milik PTNNT dilanjutkan perkenalan program SMB oleh pak Ari. Berikutnya kami menuju townsite dan mengunjungi klinik untuk mendalami materi medical check up. Demi apapun yang maha besar di alam semesta ini, segala sesuatunya begitu teratur, bagai terdampar di negeri dongeng yang tak pernah terbayang sebelumnya, Newmont dengan budaya dan pola hidup yang seperti ini, sangat teratur, mengutamakan safety, keberadaan mesin-mesin berat, kendaraan besar, jalanan yang begitu unik, bangunan yang juga sangat unik. Everything here’s so different with my real life. Menjelang senja kami menuju mess, istirahat dan makan malam di green house berbincang dengan Pak Udi dan Pak Deden mengenai tujuan program ini, latar belakang PT NNT dan kondisi masyarakat sekitar Newmont. Dari sini dapat kami peroleh informasi bahwa keberadaan PT Newmont telah memberikan peningkatan kesejahteraan masyarakat Sumbawa. Terlintas dalam hati “Oh ya? Kita lihat nanti dengan adanya stay di masyarakat”. Malam semakin larut dengan kesan pertama makanan yang 'wow'.  Berjuta persepsi, silakan dimaknai apa maksud wow disini, terutama bagi saya (dan anak kos lain) betapa makanan tersebut jarang terjangkau oleh mahasiswa. Oke terimakasih atas perbaikan gizinya. Next, saatnya istirahat, meregangkan otot dan otak, merebahkan badan dan saatnya membangun semangat membara buat besok. The journey’s begin! Welcome to the Newmont “Kingdom”.

Hari kedua (5 November)
Berdasarkan prior knowledge yang saya peroleh pada diskusi di malam pertama menjadi “warga” Newmont, pengalaman journey hari pertama pun dimulai. Go to mining area dengan sebelumnya mendengarkan presentasi dari Pak Alva dan Pak Budi dari MMA. Presentasi pertama serupa mata kuliah 2 SKS dengan istilah yang sangat asing bagi saya seorang mahasiswa Psikologi. Seluruh penjelasan mengenai sejarah berdirinya PT Newmont, masa eksplorasi, kontrak karya, luas dan pembagian wilayah tambang, gambaran mengenai proses penambangan, rancangan penambangan hingga fase 7. Dari penjelasan awal ini terpikir “Hmm, seseuatu banget ini gunung mendadak jadi limbah, hutan hijau menjadi jalan berpolusi” tapi saya keep dulu untuk mendengarkan proses-proses berikutnya yang menurut saya bisa jadi 50:50 antara mengubah paradigma saya mengenai ‘negatif’nya Newmont menjadi positif atau tidak sama sekali. Pelajaran yang terngiang, If it can’t be grown, it has to be mined. Hmm, oke. At least pagi ini mendapat pelajaran “Bahkan ujung pena kalian pun dari bahan tambang, laptop, HP dsb”. Waktu dhuhur kami break istirahat sholat dan makan. pengalaman pertama mengenai makan siang di PT Newmont yakni porsi makan siang yang luar biasa banyak. Benar-benar berasa jadi pekerja tambang. Journey berlanjut menuju lokasi mining, simulasi mengendarai haul truck yang satu ban-nya setara dengan satu innova, mendatangi pit dan memperkenalkan berbagai kehidupan tambang. Pemandangan di sekitar area pertambangan sungguh memanjakan mata saya, kapan saya bisa melihat lingkungan sehijau ini? Negeri apa ini ada pit yang sedemikian besar? Saya ada dimana? Everything so amazing here. Pemberian materi mengenai mining berakhir sore hari dilanjutkan perjalanan menuju pantai Maluk dan makan malam si tepi pantai Maluk. Pantai pertama yang kami kunjungi, luar biasa indah. Saatnya saya melepas stress dan semua kepenatan yang saya bawa dari Depok. Welcome to the happiness, Re!! Makan malam luar biasa kami rasakan di Maluk, menu sepat, dendeng, plecing khas Sumbawa yang luar biasa mengobati perut yang lapar. Makan malam ditutup dengan bercandaan khas Mas Cumi. Satu kejadian unik yang tidak akan kami lupakan adalah episode ketinggalan dari Patrick sahabat kami tercinta. Pukul 19.00 khawatir dengan Patrick, kami menuju kamarnya dan memastikan dia tidak bunuh diri (sadis) ternyata dia baik-naik saja. Maaf Patrick.

Hari ketiga (6 November)
Hari ketiga ini dilalui dengan mempelajari segala hal mengenai proses pengolahan mulai dari distribusi ore dari stockpile atau langsung dari pit menuju tempat pemrosesan dan segala detail-detailnya yang cukup saya pahami dengan bahasa yang sederhana yakni proses pengambilan batuan dari dalam tanah, penghancuran batuan hingga menjadi pasir, dan pemisahan kandungan logam dalam pasir tersebut. Berbagai istilah baru yang membuat saya harus segera menyesuaikan diri yakni ore, concentrate, sag-mill, ball-mill, flotation dan segala hal mengenai pemrosesan. Kuliah 3 SKS kali ini, hehe. Pak Wira menyampaikan dengan cukup dapat dipahami, dan sahabat kami Angga mengeksplor materi tersebut yang sebenarnya membuat saya semakin bingung. Yah maklumlah, ia anak Metalurgi. Kunjungan mengenai proses kami lakukan di tengah gerimis hujan, melihat mesin-mesin raksasa, bunyi mengerikan dengan bau menyengat. Terlintas satu film paling menyebalkan sepanjang hidup saya “Final Destination”, it’s the real fabric, factory. Berbagai rangkaian mesin yang luar biasa dahsyat tak habis pikir bagaimana menyusunnya, sistem control yang mengintrol semua berjalannya mesin pemroses. Dengan mengunjungi langsung di lapangan seperti ini, jadi paham apa yang tadi disampaikan oleh Pak Wira. Setiap tahapan proses. Hal menarik dalam pengamatan lapangan ini adalah berbagai peringatan yang ditempel di area pabrik. Hmm, ini benar-benar pekerjaan maskulin yang ekstrim. Kunjungan  di bagian pemrosesan ditutup dengan sesi berfoto bersama. Mulai kompak rupanya kami ini. Perjalanan dilanjutkan menuju SWISS di teluk Senunu. Ilmu mengenai tailing dan pemipaan kami peroleh disini, menambah pengetahuan bahwa sistem penempatan tailing di dasar laut merupakan hasil penelitian dan pengkajian yang luar biasa dahsyat. Journey hari ini diakhiri dengan kunjungan ke pantai tropical. Pantai berpasir lada yang semakin memuaskan hasrat melepas penat. Sunset yang indah dengan kebersamaan sahabat baru yang semakin berwarna.

Hari keempat (7 November)
Hari yang menjadi destinasi paling penting yakni berpisahnya kami untuk mempelajari tugas bidang enviro. Perpisahan antara siapa yang berhak di darat dan siapa yang ke laut, saling meledek mengunggulkan antara darat dan laut dan berpura-pura tidak ingin ke laut. Yang membuat saya benar-benar menginginkan ikut rombongan ke laut adalah experience yang pasti tidak akan terlupakan meskipun materi yang diperoleh tidak jauh beda dengan yang disampaikan Pak Jonny di kantor departemen Enviro. Perjalanan saya dimulai dengan guyuran hujan deras dari mess hall menuju kantor departemen enviro. Bersama Pak Jonny, Pak Rully, Mbak Rissa dan Bapak-bapak lain yang saya lupa namanya kami dibagi menjadi empat tim yakni tim yang menuju lokasi pemantauan curah hujan, kelembaban, temperatur dan kuat angin, tim yang menuju pemantauan air permukaan, tim yang menuju penyimpanan limbah B3 dan non B3, serta tim yang menuju lokasi reklamasi. Saya dan kak Juway bersama Pak Rully dna Pak Junaidi menuju titik pemantauan curah hujan, kelembaban, temperatur dan kuat angin di stasiun 4 Benete. Sebuah perjalanan yang biasa saja tapi informasi dari perbincangan kami sungguh sangat luar biasa, bercerita mengenai perolehan proper hijau, pengevaluasian program departemen lingkungan oleh KLH dan KESDM dan berbagai informasi mengenai segala hal yang ingin saya tanyakan. Pengalaman yang luar biasa. Istirahat makan siang di kantor enviro bayangannya adalah makan dengan porsi yang luar biasa banyak. Ternyata menu kita siang ini adalah, jeng jeng jeng..... Nasi padang :D Sedikit berlega hati karena porsinya cukup memadai di tengah kelelahan (meskipun tetep banyak). Pada sesi ini Bu Jenny pamit balik ke Depok, berasa pengin teriak “Jangan tinggalkan kami”. Pengennya di mention di twitter tapi nggak tahu apa akun beliau. Peran beliau pun digantikan oleh Pak Jovie yang kata Bu Jenny Marcel ala Newmont. Perjalanan dilanjutkan menuju pemantauan air permukaan, kami di ajak ke DAM Santong 3, melihat sungai yang jernih dan aliran air asam tambang. Bendungan yang luar biasa besar, perjalanan the real off road dengan ford ranger, hutan yang katanya pernah digunakan untuk melepas phyton 12 meter serta menjadi tempat tinggal puluhan jenis burung dan kelelawar. Hmm, dunia mana lagi ini? Hujan sore ini sepertinya tidak mau berhenti, meluapkan kerinduannya pada tanah Sumbawa yang sedemikian kering karena lama tak hujan. Rencana menginap di kepala desa pun batal karen ahujan lebat akhirnya kami menghabiskan malam di basai ate yang katanya artinya sehati. Menghabiskan waktu selain untuk makan yakni dengan berdiskusi mengenai proyek kelompok yakni presentasi dan yel-yel. Masih pusing apa yang mau kami bawa, apa yang mau kami yel-yelkan. Tapi otak tidak bisa diforsir. Istirahat ke mess, good night everybody.

Hari kelima (8 November)
Hari yang ditunggu-tunggu, mengajar anak sekolah di SD Tatar, menuju ke Puskesmas dan menginap ke rumah Pak kades Sekongkang. Perasaan hari ini antara senang dan sedih. Senang karena bisa mengeksplor pendapat masyarakat, sedih karena mungkin harus menghadapi kondisi yang sangat berbeda dengan kondisi mess mungkin, hehe. Pagi hari kami (kelompok satu dan kelompok dua) berpisah dari messhall menuju lokasi desa kami masing-masing. Kelompok satu menuju Tongo dan kelompok dua menuju Benete. Perjalanan yang cukup jauh menuju desa Tongo yang terletak di tempat yang saya tidak mengerti dimana ia berada. Sampailah kami di desa Tongo yang menurut saya dan rekan-rekan saya di kelompok satu kondisinya masih jauh tertinggal dari townsite dan lingkungan Newmont lainnya. Kembali terlintas di pikiran saya, inikah kehidupan yang berada di lingkar tambang Newmont? Setelah ditanyakan apa yang sudah dilakukan Newmont untuk desa ini, Pak Ardho saat itu yang mendampingi kami mengatakan bahwa listrik disini dipasok dari PT Newmont dan untuk desaSekongkang yang saat ini belum berlistrik, Newmont akan membantu 6 Miliar untuk pembuatan jaringan distribusi. Perjalanan pagi ini kami mengajar di SD Tatar, sungguh SD yang berbeda sekali dengan Jakarta, anak-anak yang dengan polosnya mengikuti setiap instruksi dari kami, ternyata untuk siswa kelas 6 mereka  baru sebatas tahu mengenai kota yakni kota Jakarta dan Mataram saja. Topik pembelajaran kita kali ini adalah mengenai kota-kota di Indonesia, setelah kami memberi sedikit penjelasan kepada mereka mengenai kota-kota yang ada di Indonesia, mereka diminta untuk menuliskan kota mana yang mereka ingin kunjungi dan menempelkannya di peta Indonesia. Dan ternyata mereka hanya berminat dengan Jakarta, hehe. Perjalanan dilanjutkan menuju puskesmas Ai’ Kangkung, kondisi yang menyedihkan melihat puskesmas masih sebegitu jauh dari fasilitas memadai, bahkan air saja tidak ada, tenaga medis yang hanya sedikit dan kebersihan yang tidak terjaga. Berikutnya kami menuju pantai Ai’ Kangkung untuk melihat project dari tim enviro yakni pagar cemara yang bertujuan sebagai wind breaking. Berikutnya kami makan siang di RM Ibu Diah yang mantap dengan pelecingnya. Perjalanan kami lanjutkan untuk bertemu dengan kelompok dua di community development center. Perjalanan yang cukup jauh dari lokasi kami saat ini dan di tengah jalan ban mobil kami bocor. Oke, perjalanan delay selama kurang lebih setengah jam. Sesampainya di comdev center kami melihat berbagai benih yang diperuntukkan bagi masyarakat, biogas dan semacam kebun yang asri. Kemudian kami menuju penangkaran penyu di Pantai Maluk. Menjelang senja kami melanjutkan perjalanan menuju penginapan yakni rumah Bapak kades setelah sebelumnya makan malam di RM Luwes. Saya dan teman-teman kelompok satu mendapat tempat di Kepala Desa Sekongkang bawah. Diskusi pun dimulai sampai pukul 01.00. Dahsyat bukan? Terlalu banyak yang kami bahas hingga menurut saya ini adalah mata kuliah berpikir kritis 3 SKS, hoho. Mengenai apa hasil diskusi kami, baiknya saya ceritakan secara lisan saja pas malam presentasi di Novotel. Malam semakin larut, anjing menggonggong, hujan deras mengguyur, lelahnya badan tak dapat ditolerir lagi, Selamat malam dunia.

Hari Keenam (9 November)
Sarapan dengan dendeng rusa ala bu kades, yummi, sambutan yang sangat baik dari keluarga Pak Kades. Hari ini kami akan melanjutkan journey di batu hijau dengan mengunjungi lokasi community development lain yang ada di Batu Hijau yakni Pembudidayaan Aloe Vera, beras merah dan pembuatan batu bata. Mempelajari penanaman dan lahan aloe vera, hitung menghitung modal, biaya produksi serta keuntungan yang mungkin diperoleh, membantu ibu-ibu membungkus dan memotong-motong lidah buaya, melihat proses pembuatan minuman alova sampai pengemasan. Berikutnya menuju lokasi produksi beras merah yang dijual 18.000 per kg nya, pengemasan yang menarik serta proses pemilahan beras yang unik antara beras siap dijual dan yang belum. Berikutnya kami menuju tempat pembuatan batu bata, hmm berisik sekali saudara-saudara. Di sini suara mesin press yang dihasilkan sangat keras namun penanganannya belum se-safety di area Newmont. Berbagai lokasi pemberdayaan masyarakat ini merupakan dampingan dari PT Newmont. Menjelang sholat Jumat kami beristirahat di Rumah Makan Ikan Bakar Sumbawa, sambil menunggu pesanan rombongan melaksanakan sholat Jumat terlebih dahulu. Ternyata setelah rombongan kembali pun rombongan belum tiba. Namun kami disuguhi oleh Cassava fried yang luar biasa enak. Satu setengah jam menunggu makanan pun disajikan yakni ayam taliwang, ikan bakar, cumi goreng, pelecing dan pepes udang, menu yang sangat sangat sangat juara! Yah kalau menurut saya ini the best menu we have ever eat in Sumbawa, hehe. Oke, journey kami melihat-lihat segala hal tentang Newmont sudah cukup. Kami melanjutkan perjalanan menuju Pantai Lawar, pantai yang indah dengan karang di salah satu sisinya tempet berteduh dan berfoto-foto ria. Pemandangan yang indah tempat bercanda-canda dengan sahabat-sahabat baru yang semakin dekat di hati, eaaa. Setelah dari Pantai lawar, kami melanjutkan perjalanan menuju Pantai Rantung yang terkenal dengan ombak yoyonya. Karena sudah teramat lelah, pukul 16.00 saya dan enam orang teman saya lainnya memutuskan untuk pulang terlebih dahulu meninggalkan rombongan yang lain. Sore terakhir di town site kami gunakan untuk jalan-jalan sore, makan bakso satu-satunya di area PT Newmont, berfoto-foto di pinggir jalan sampai dikira mau naik bis dan disarankan untuk menunggu di halte oleh salah satu karyawan Newmont. Sore yang indah. Azan magrib kami menuju mess dan tak lama kemudian dijemput taxi menuju mess hall untuk makan malam. Semua orang nampaknya kelelahan, acara pun dicukupkan. Perjalanan kaki menuju mess di malam hari dari mess hall dipenuhi gelak tawa canda yang membuat kangen. Pukul 21.00 kelompok satu tentunya berkumpul terlebih dahulu untuk membahas presentasi dan yel-yel. Pikiran yang stag karena kelelahan mungkin, baru tercetus yel-yel yang cukup asyik menjelang pukul 24.00. Pukul 24.00 kami cukupkan dan istirahat. Besok jam 6 pagi harus udah stand by karena mengejar boat ke Kayangan, Lombok pukul 0800. Hmm, malam terakhir di town site. Sediih.

Hari ketujuh (10 November)
Morning Guys.... Hari ini saya talat bangun, lima belas menit menjelang pukul 06.00 baru bangun, dimarahinlah sama Mas Cumi, hoho sediiihhh. Sarapan terakhir di mess hall saya memilih susu sama Indomie aja lah ya, badan mulai tidak fit ini, flu dan demam sehingga tidak nafsu makan. Mungkin ini adalah salah satu psikosomatis karena hendak meninggalkan Batu Hijau kali yaa, hatiku sudah tertambat di sana, hehehe. Sarapan kami pagi ini hanya diberi waktu 15-20 menit, wow ekspress. Kami pun menuju Benete, pamitan sama Pak Molet, hoho beliau sudah baik banget, banyak kami repotin, maaf ya Pak Molet, berharap bisa ketemu lagi, Bagde ID kami ditukar dengan tiket masuk boat, huhuhu itu badge jadi nyawa kami selama seminggu di “negara” Newmont, hehehe sediih, semakin harus menghadapi kenyataan bahwa harus meninggalkan Batu Hijau. Boat sudah siap kami pun segera menempatkan diri di dalam boat, perjalanan menuju Lombok, teringat naik boat satu minggu yang lalu, yang semula saling berdiam diri kini bercandaan cekikikan. Saya dan beberapa teman naik ke deck atas menikmati detik-demi detik meninggalkan Batu Hijau. Hmm, indah dan sedih. Sampailah kami di Pelabuhan Kayangan, bersiap menuju Novotel Lombok. Macet sekali perjalanan hari ini, kemi pun mengambil jalan yang unik, melewati desa-desa sampailah waktunya kami untuk makan siang. Menu khas Lombok ayam taliwang, ikan bakar, pelecing bedanya kali ini ada sate dan sayur bayam. Suasana semakin ciamik karena dibumbui gosip Afumaulana (Kak Afu dan Kak Angga yang dibacain sama Mas Cumi). Perjalanan dilanjutkan menuju Novotel, kami sampai pukul 15.30 check in, hmm hotel yang luar biasa mewahnya. Sore hari kami berenang dan bermain-main di pantai menunggu sunset. Malam hari kami makan malam bersama dengan menu yang juga mewah, barbeque, dan menu desert yang amat banyak. Malam dilanjutkan dengan presentasi kelompok. Jayya kelopok satu yang menampilkan yel-yel dengan unik karena ada ada kak Juway sama Patrick yang saat ini sedang diterpa gosip (lagi-lagi karena ulah Mas Cumi). Presentasi yang cukup pedas dengan saran membangun serta tanggapan dari dewan PT Newmont berlangsung hingga pukul 24.00. Presentasi yang menjadi puncak malam terakhir yang sekaligus menjadi alarm sekali lagi bahwa Sustainable Mining Bootcamp segera berakhir. Semakin tidak jelas ini perasaan. Tapi kelompok satu tetap Resssss lah yaaa pastinya. Ooops..

Hari kedelapan (11 November)
Kebebasan dari pukul 24.00 s.d 09.00 pagi membuat saya kembali bangun kesiangan, selepas sholat subuh saya kembali tidur hingga pukul 08.00 pagi, jelaslah saya dan my roomate pun sarapan kesiangan. Selepas sarapan sesuai janji maksimal pukul 09.30 kami sudah harus bersiap untuk check out namun sampai pukul 10.00 belum semuanya berkumpul. 10.15 akhirnya kami fixed berangkat setalah sebelumnya ada pengembalian simcard dan pemberian biaya trasportasi dari Mas Jovie (enak benar kami ini, Bootcamp udah gratis, dapat pengalaman banyak, transport diganti pula). Rencana awal hendak ke pusat oleh-oleh gagal lah. Namun kami masih sempat mampir ke Desa Sade, di sini lah saya bingung, pesanan banyak sekali tapi disini hanya ada kain dan baju, niatan saya ingin beli makanan tapi ternyata tidak ada, hmm. Mas Cumi sudah berteriak-teriak, akhirnya kami benar-benar meninggalkan Desa Sade dan road to airport, berpisah dengan Mas Ari. Tarimakasih Mas Ari atas sambutan dan bantuannya selama kami di site. Maaf banyak merepotkan dan berpisah dengan rombongan Jogja Mbak Titis dan Kak Puthe my roomate, I’ll miss you all, Guys. Haha, semakin nyata benar ini perpisahan. Setelah check in, sampailah kami pada makan siang terakhir kami di bandara. Pukul 12.30 pengumuman dari pesawat sudah menggelitik telinga, kami pun terbang meuju Jakarta. Sejam empat puluh menit kemudian (pukul 13.40 WIB) sampailah kami di bandara Soekarno Hatta, hemat satu jam dari jam WITA yang nggak pernah tau darimana asalnya satu jam lebih lama tersebut, hehe. Berpisahlah kami di Beranda Soetta menuju destinasi kami masing-masing, the real separation. Bagaimana tidak sedih seminggu bersama dalam suka dan duka (ceila) kini waktunya berpisah. Terimakasih atas persahabatan, pembelajaran, pertukaran pendapat, semua kebersamaan. Semoga agenda ketemu bareng yang telah dirancang benar-benar terealisasi. Tetap semangat teman-teman menjalani kehidupan dan rutinitas sehari-hari, seminggu di Batu Hijau cukuplah menjadi ajang katarsis dan refreshing. Welcome to the real life, semangat dengan aktivitas esok hari. Jakarta hujan lebat nih menyambut kita, saatnya melanjutkan tweet dengan hashtag # Batu Hijau edisi Move on :D

“Tambang adalah  Kebutuhan, Tanggung jawab sosial adalah keharusan, Kesejahteraan Masyarakat adalah tujuan”
Tetaplah PT Newmont menjadi yang terdepan dalam bidang keselamatan kerja, perlindungan lingkungan dan tanggung jawab sosial karena bagaimanapun alam ketika sudah ditambang tidak akan kembali seperti semula, namun yang terpenting adalah bagaimana memperkecil kerusakan dan memperbanyak kebermanfaatan.
An amazing experience with Bu Jenny, Pak Jovie, Pak Ari, Pak Molet, Syihab Brother bus, Pak Wira, Pak Udi, Pak Alva, Pak Budi, Pak Rully, Pak Deden, Pak Fauzan, Pak yang di SWISS, Pak Jun, Mbak Risa, Mbak Retno dsb
My beloved bro and sist Afu, Juway, Meu, Oliv, Dian, Dyah, Titis, Hety, Puthe, Irvan, Rohib, Cumi, Patrick, Angga, Barry. Tetep keep in touch.