Kamis, 20 Desember 2012

Semuanya Selesai di Meja Makan (Episode SMB Batu Hijau)



Makan bersama diiringi dengan obrolan ringan baik itu dengan orang yang baru saja kita kenal atau yang sudah sejak lama kita kenal akan selalu menjadi momen istimewa dan menurut saya akan sangat bermanfaat bagi hubungan anda. Hubungan apapun itu. Setidaknya pernyataan “Semua selesai di meja makan”bisa lah ya diterapkan. Makan bersama bagi hubungan yang baru saja terjalin akan mempercepat proses pengakraban, apalagi bagi yang sudah lama menjalin hubungan, pertemanan katakanlah, akan semakin mempererat hubungan yang terjalin. Mengapa? Menurut hirearki kebutuhan Maslow, manusia mempunyai 5 kebutuhan dasar yang apabila tercapai semuanya maka ia akan menjadi manusia paling bahagia seluruh dunia (ini bahasa alaynya saya aja sih, tapi kalo Maslownya beneran ada nih), kebutuhan tersebut antara lain kebutuhan fisiologis, kebutuhan terhadap rasa aman, kebutuhan akan cinta, kebutuhan untuk dihargai atau penghargaan, dan yang tertinggi: kebutuhan akan aktualisasi diri.Menurut saya ketika makan, terjadi pemenuhan fisiologis karena rasa lapar untuk berikutnya telah berhasil diatasi, kebutuhan untuk dihargai pun terpenuhi ketika momen disetting makan dengan ngobrol santai, masing-masing dari kita tentu akan feel free untuk menceritakan apa yang pengen ia ceritakan, apalagi ketika pertama kali bertemu, suasana makan menjadi momen yang sangat cocok untuk bertukar pengalaman.

Hal ini saya rasakan di beberapa komunitas tempat saya berada, begitu halnya yang saya hayati dari proses bertemunya saya dengan beberapa teman yang mengikuti rangkaian Sustainable Mining Bootcamp-nya PT NNT bulan lalu, benar-benar baru mengenal hari itu juga, makan yang pertama masih kaku, obrolan baru berkisar pada tanya nama dan asal darimana, hanya satu orang yang dominan yang mengakunya sebagai senior citizen si Mas Cumi menceritakan segala hal mulai dari A sampai E. (Untuk makan pertama baru sampai E). Pada momen-momen makan berikutnya sungguh akselerasi perkenalan itu begitu cepat, topik pembahasannya pun beranekaragam, mulai dari membahas makanan sampai akhirnya bully-membully. Prestasinya adalah, meski hanya satu minggu, kedekatan yang terjalin satu sama lain cukup akrab, perkenalan yang tidak bisa dianggap biasa saja tentu saja. Dan keluarga besar Sustainable Mining Bootcamp telah mengajarkan saya banyak hal, mengenai berpikir simpel namun strategis, mengenai proses mengenal, penerimaan dan berjuang bersama, bagaimana berpikir kritis dan memandang kehidupan dengan penuh kesyukuran. Pengen banget jalan-jalan bareng mereka lagi, berharap bisa ke Minahasa bareng deh ya.

Pembahasan di meja makan dijamin ujung-ujungnya baik. Asal dikondisikan aja, apalagi kalau makanannya enak, hehe. Selamat mencoba

Sumbawa, Sebuah Episode untuk Kembali Mengatakan “Aku Cinta Indonesia”



Seminggu menjelajah Waktu Indonesia bagian Tengah (WITA) melalui perjalanan darat, udara dan sekaligus laut memberikan pengalaman istimewa bagi saya. Yah maklum lah orang sibuk nggak sempet ada waktu buat kemana-mana (*ceritanya lagi cari-cari alasan yang agak oke aja ini). Kembali teringat penrnyataan dari Aa’ (ciee Aa’) Pandji Pragiwaksono di bukunya Nasional.Is.Me yang bilang kalo “Bagaimana mereka bisa bilang benci Indonesia kalo yang mereka tahu hanya Jakarta? Padahal Indonesia begitu luas”sebagai respon akan banyaknya yang bilang pesimis, skeptis bahkan benci akan Indonesia, kali ini saya merasakan atmospher itu, melihat betapa indahnya anugerah Allah atas negeri yang dinamakan Indonesia, Nusantara, Zamrud Khatulistiwa ini. Inipun baru Nusa Tenggara Barat, di Lombok, di Sumbawa Barat, di Batu Hijau, sepersekian persen dari seluruh wawasan nusantara.
Perjalanan ini dimulai dari bandara Soekarno Hatta Jakarta menuju Denpasar berlanjut ke Bandara Lombok dan perjalanan laut dari Pelabuhan Kayangan ke Benete. View laut yang sangat bersih dengan bukit-bukit di kanan kiri, angin laut yang memanjakan siapapun yang berada di deck atas boat, kemudian perjalanan darat ke sebuah lokasi pertambangan yang semakin membuat saya berdecak kagum, “The wealth of Indonesia, the real rich country. When they aware about this, how about the nation?” teringat kembali kata Bung Karno “Jangan serahkan kekayaan Indonesia pada orang asing, biarkan kekayaan itu tetap berada di tanah Indonesia sampai anak cucu kita mampu untuk menggali dan memanfaatkannya” akan tetapi entah dengan pertimbangan apa, tanah ini pun sudah digali, kekayaan itu telah dimanfaatkan, apakah putra bangsa memang telah mampu menggalinya? Mungkin.
Beranjak menuju destinasi wisata di Sumbawa Barat, Pantai Maluk dengan konservasi penyunya. Di sini selain melihat pantai yang indah dengan pasir lembutnya kita juga dapat melihat penangkaran penyu yang setiap kali siap, anak penyu akan dilepaskan ke laut. Pantai Maluk juga menyajikan makanan khas Sumbawa yang dapat dinikmati bersama partner jalan-jalan kita. Suasana semakin mengasyikkan ketika perut yang lapar setelah puas melepas penat di indahnya pantai kemudian dimanjakan dengan dendeng, plecing kangkung dan ayam taliwang khas Sumbawa Barat. Destinasi kedua saya dan teman-teman saat itu adalah Pantai Tropical, pantai dengan butiran pasir lada dan suasana sunset yang begitu indah, batu-batuan karang yang cantik terlihat semakin mempercantik pasir di pantai tropical. Pantai Lawar dengan ombaknya yang besar serta pantai rantung yang menjadi lokasi tujuan turis untuk berselancar.
Sumbawa Barat pun khas dengan kain songketnya, ayam bakar Taliwang dan berbagai kuliner yang unik. Jika anda membutuhkan informasi lebih mengenai destinasi wisata di Sumbawa, monggo lah dicek www.alambudaya.com nya mas Barry Kusuma yang kebetulan kami melakukan perjalanan yang sama, namun karena memang beliau adalah seorang travel blogger, anda akan memperoleh informasi yang lebih komperehensif. Sementara saya di sini justru akan membahas mengenai insight lain yang saya peroleh dalam perjalanan kemarin.
Yakni mengenai cinta tanah air. Betapa bibir saya senantiasa bergetar setiap kali menyaksikan keindahan alam negeri ini seraya menggumamkan “Allah, terimakasih atas Indonesia", ketika mata berkaca-kaca menyaksikan betapa kayanya Indonesia, betapa berpotensinya Indonesia namun ketika itu pula teringat akan anak jalanan dan pengemis di kereta ekonomi dan terminal-terminal di Jakarta atau kasus-kasus korupsi yang semakin merajalela. Sebuah paradoks yang ketika dipikirkan membuat kepala semakin pening sebenarnya.
Mengunjungi sebanyak mungkin wilayah Indonesia merupakan sebuah perjalanan spiritual untuk kembali memperbaharui makna cinta tanah air, sebuah pengembaraan untuk mengenal siapa Indonesia dan mengapa pantas serta harus untuk memperjuangkan kehormatannya. Karena Indonesia tanah  surga, karena Indonesia anugerah, karena Indonesia begitu menawan. Dan proses untuk mencetuskan nama Republik Indonesia pun melalui rangkaian panjang perjuangan yang heroik, menginspirasi bagi siapapun yang mempelajari sejarahnya. Dan sekarang bukan lagi mau atau tidak mau mengabdi pada bangsa dan negara akan tetapi memang harus mengabdi pada Indonesia, tinggal semaksimal apa pengabdian itu dilakukan, atas dasar cinta atau sekedar menggugurkan kewajiban.
Aku cinta Indonesia! Dalam hati senantiasa berdoa semoga ini bukan hanya sekadar kata. Karena bagiku cinta itu pembuktian. Dan aku akan terus berjalan, melakukan pengembaraan untuk lebih mengenalmu, Indonesia. Next destination berharap semoga terwujud, Minahasa dan Aceh.


gambar:dokumentasi PT NNT

Strategi Serdadu Kumbang PT NNT untuk Indonesia



                Salah satu fenomena menarik dari perusahaan tambang di Indonesia adalah kemampuannya mengubah gunung yang menjulang tinggi di atas permukaan laut menjadi “semacam” palung yang jauh berada di bawah permukaan air laut, ketika ia tetap menjadi gunung tak termanfaatkan dengan baik potensinya, namun ketika berubah bentuk 1800 potensi yang dikandungnya dapat dimanfaatkan untuk memenuhi  kebutuhan utama manusia. Mari sejenak melihat di sekeliling kita, darimana asal laptop yang saat ini sedang kamu pantenin? Handphone yang tak pernah lepas dari genggaman itu? Kabel listrik di seantero negeri? Bahkan ujung pena kita pun merupakan hasil tambang. Tidak bisa dinafikkan ketika suatu tempat antah berantah yang semula nampak begitu indah namun mistis belum terjamah mendadak dibuka menjadi area tambang yang luas dan serba modern maka akan banyak perubahan lain yang menyertainya mulai dari permasalahan lingkungan hidup, munculnya kewajiban-kewajiban baru, pola kehidupan sosial, semakin banyaknya pihak yang berkepentingan dsb. Hal inilah yang menjadikan isu pertambangan masih selalu saja menjadi kontroversi padahal kebutuhan akan bahan tambang pun masih belum ada alternatif penggantinya di sisi lain semakin banyak perusahaan yang melihat dunia pertambangan sebagai peluang menggali keuntungan  besar.

                Kegiatan pertambangan bagi mereka yang masih mempunyai keluhuran nilai-nilai dalam kehidupan tentu tidak hanya dipandang oportunis sebagai pemenuhan kebutuhan atau mencari keuntungan sebanyak-banyaknya akan tetapi juga mempertahankan keseimbangan alam dan tanggung jawab terhadap tanah air karena sesuai hukum yang berlaku bahwasanya sumber daya alam Indonesia merupakan milik negara dan dimanfaatkan sebanyak-banyaknya untuk kepentingan rakyat Indonesia. Sebagai bentuk keluhuran nilai-nilai tersebut, keamanan dalam proses pertambangan, pengalokasian distribusi keuntungan hasil tambang secara bijaksana, tanggung jawab sosial serta proses recovery lahan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

                Menilik proses tambang PT Newmont Nusa Tenggara sebagaimana telah saya ungkapkan di tulisan saya sebelumnya, proper hijau dari Kementerian ESDM dan KLH sebagai penilaian atas pengelolaan limbah dan proses pertambangan seharusnya tidak menjadikan PT NNT merasa puas terlalu dini karena masih ada proper gold yang belum pernah diraihnya, untuk itu perbaikan harus terus menerus dilakukan. Berikut ini saya tak akan lagi membahas mengenai proper hijau yang diperoleh PT NNT, bidang enviro maupun CSRnya, akan tetapi akan membahas mengenai sesuatu yang cukup membuat saya bergumam “Ooh”..

                Ya, beberapa waktu lalu saya menyaksikan sebuah  film  dimana credit title di akhir film terdapat lambang PT NNT sebagai sponsor utama dan beberapa waktu kemudian saya mengikuti kegiatan dari perusahaan yang memiliki logo tersebut, Sustainable Mining Bootcamp di Batu Hijau Sumbawa Barat. Serdadu kumbang judul film tersebut, disutradarai oleh Ari Sihasale dengan produser Nia Zulkarnein garapan rumah produksi Alenia Picture mengisahkan tentang potret pendidikan di pedalaman Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat yang digambarkan dalam berbagai aspek mulai dari sistem pendidikan formal di sekolah yang tidak konsisten dalam metode pengajaran yang terlalu tegas dengan kekerasan di sisi lain asertif dan persuasif, pendidikan non formal oleh  guru ngaji desa yang mengajarkan kebijaksanaan, kontroversi Ujian Nasional yang membuat tokoh Minun seorang anak cerdas yang pernah menjuarai olimpiade tidak lulus ujian SMP, mimpi seorang anak dengan bibir sumbing untuk menjadi presenter film dibumbui dengan budaya asli Sumbawa dengan rumah panggung, banyaknya masyarakat desa yang buta huruf, mitos-mitos yang berkembang di masyarakat, kebijaksanaan tokoh masyarakat dan sedikit gambaran mengenai TKI yang pulang kampung. Meski terkesan kurang fokus dalam menampilkan pesan dan alur yang ingin disampaikan, film ini mampu memberikan gambaran bahwa inilah wajah pendidikan di Indonesia sekaligus sebagai alternatif tontonan edukatif bagi anak-anak Indonesia di tengah film horor esek-esek yang sama sekali tidak mendidik.

                Dan ternyata PT NNT mengambil bagian sebagai sponsor utama. Apapun yang menjadi pertimbangannya ketika teken kerjasama terjadi setidaknya PT NNT telah terlibat dalam munculnya multiplier effect pasca pemroduksian film tersebut. Beberapa hal yang saya pandang sebagai dampak baik dari film tersebut adalah semakin banyaknya stimulus bagi masyarakat Indonesia untuk mengkritisi film yang mereka tonton, semakin informatif dalam memberikan gambaran mengenai pendidikan di Indonesia yang siapa tahu akan membangkitkan pemikiran-pemikiran cerdas dari audiens mengenai solusi terbaik yang ditawarkan, film ini turut memperkenalkan satu lagi view pedalaman Indonesia yang maha indah yang dapat dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata dan mungkin saja pemerintah akan lebih memperhatikan kesejahteraan masyarakat lokasi pengambilan gambar, proses dalam film ini juga memberikan pengalaman baru bagi anak-anak desa Mantar Sumbawa Barat untuk mengenal bagaimana proses casting dan shooting, memperkenalkan banyak profesi di dunia perfilman yang sebelumnya belum pernah mereka ketahui serta bagi PT NNT sendiri, subliminal effect dengan menampilkan logo PT NNT di akhir film siapa tahu dapat menjadi sarana publikasi mengenai keberadaan PT NNT.

                Strategi perusahaan dalam memberikan tanggung jawab sosial melalui keikutsertaan dalam menciptakan ide kreatif dan edukatif untuk Indonesia (seperti fim misalnya) menjadi menarik dan menguntungkan banyak pihak, baik itu sineas, perusahaan itu sendiri, para pemeran maupun masyarakat umum sebagai konsumen. Turut  berperan pula dalam perbaikan kualitas sumber daya manusia Indonesia, generasi muda Indonesia ketika ide-ide kreatif  dan edukatif semakin diekspos mengungguli berbagai tayangan maupun hal-hal yang merusak nilai-nilai keluhuran yang terkandung dalam Pancasila. Menjadi apa Indonesia ke depan bergantung pada masyarakatnya yang akan membuatnya berdiri bangga di kancah dunia dengan tenggeran gagah burung garuda, merah putih, pancasila dan bahasa Indonesia atau terpuruk dengan degradasi moral, menjadi bangsa pengekor, boros, latah style baru dan serba terbelakang, itu semua tergantung kemauan kita membawa perubahan positif tersebut. Ketika PT NNT mampu membantu perubahan itu melalui dana besar yang dimilikinya, maka kita anak muda berkarya melalui ide-ide brilian yang akan semakin dahsyat luar biasa ketika semakin diasah.

Kamis, 06 Desember 2012

Sendu Sayu Semu


Lengang senja jingga gelap pojok kota
Teralienasi dari ramai, gaduh, sibuk
pelik penuh intriknya jantung peradaban
Menyepi di tengah kenyataan tak dikehendaki
Melarikan diri mendistorsi takdir manusia tertolak
Dalam buaian kabut alam pekat menawan
Di antara rinai gerimis menyemburat magis

Serambi saung reyot kemudian memproyeksi cerita
Tentang renjana, tentang keterasingan
Sesosok rapuh menekur menggigil
Takut-takut mempertanyakan takdir
Lalu tenggelam dalam cengkeraman cemas
Dispersi binar frekuensi lemah itu
siratkan sejuta makna
Akan harap, putus asa dan kecewa

Lamunan sendu itu menyapaku
Menyergapku dalam rasa bersalah
Sayu, sesayu hatiku saat ini
Trenyuh di tengah kerapuhanku sendiri
Semu sungguh semu senja itu
Maya dan nyata berpadu semu
Hingga sulit kusadari dimana aku berdiri
Mataku dan matanya pun berpadu
Kesenduan yang bertemu dan semakin sendu
Dan aku masih tak mengerti dimana aku




02 Desember 2012
23:12

Minggu, 25 November 2012

Dari Seorang Pencari Jati Diri kepada Bayangnya

Kau lelah?
Hei kau! Ya Kau!
Kau capek?
Kau Bosan?
Kau bosan dengan rutinitas monotonmu itu?
Hmm
Dan kau pun sekarang jadi robot aktivitasmu
Kesana kemari bagai zombie
Beraga tapi tak bernyawa.
Hampa!

Kau bayangku, istirahatlah sejenak
Dengarkan ceritaku!

Akan tiba suatu masa
Ketika gunung-gunung tercerabut dari akarnya,
terombang-ambing bagai bulu termainkan angin topan
Kau dapat imajinasikan itu, wahai bayangku?
Gunung-gunung di sana bagai bulu-bulu yang terbang!
Dan manusia ibarat laron tak tahu arah

Material panas, dingin, padat, cair, besar, kecil, semuanya!
Bumi mengeluarkan semua beban yang dikandungnya
Bumi diguncangkan, dahsyat!
Dan kau, serta semua makhluk di alam raya ini
Di tengah segala kekacauan itu
Akan menuju suatu tempat,
dimana keadilan ditegakkan lebih dari sekedar mimpimu akan keadilan yang ideal
Kebaikan, kejahatan meski hanya seberat biji sawi
Akan diberikan balasannya
Tangan, kaki,  mata, telinga, semua akan bersaksi

Jadi, masihkah kau ragu?
Masihkah kebencian itu ada?
Masihkah perasaan tak adil itu mengusikmu?
Setiap kelelahan itu akan ada balasannya, wahai bayangku
Dengarkan aku pada setiap bersitan niatmu
Kau mendengarku bukan?!

Wahai bayangku, aku adalah kau
Kau adalah aku!
Kenapa kau diam?
Bicaralah!
Bicaralah!

"Siapa kau?
Kau bicara padaku?
Haruskah aku mendengarmu?
Aku tak mengenalmu.
Pergilah!
Jangan buang-buang waktumu!"

Langitpun semakin menghitam
Lolongan anjing hutan sayup-sayup mengerikan
Gelegar petir semakin menciutkan hati
Hujan deras pun mengguyur bumi
Malam semakin larut
Dan cermin di depanku sudah tak berbentuk

Kamis, 15 November 2012

Antara Das Solen dan Das Sein Implementasi Program Corporate Social Responsibility PT Newmont Nusa Tenggara


 Diposkan juga di: http://sosbud.kompasiana.com/2012/11/15/antara-das-solen-dan-das-sein-implementasi-program-corporate-social-responsibility-pt-newmont-nusa-tenggara-503453.html           
                    Rangkaian Sustainable Mining Bootcamp selama satu minggu di Batu Hijau, Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat telah berlalu sejak awal pekan lalu. Berbagai pengalaman baru mengenai aktivitas dunia tambang sedikit banyak mulai direfleksikan dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari budaya melakukan pengkajian dan riset dalam membuat keputusan, nilai-nilai safety yang ditanamkan dalam setiap aktivitas serta semua pembelajaran yang diperoleh dalam setiap interaksi selama berada di sana. Ada satu hal yang sampai saat ini membuat saya mempunyai keingintahuan untuk mengeksplorasinya lebih jauh yakni mengenai Corporate Social Responsibility dan Community Development.
            Corporate Social Responsibility berawal dari sebuah kesepakatan The World Bussiness Council for Sustainable Development (WBCSD) di Johannesburg Afrika Selatan pada tahun 2002. Di Indonesia sendiri, CSR diatur dalam UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 74 ayat 1 yang menyatakan perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Tujuan adanya CSR adalah mendorong seluruh perusahaan di dunia ikut serta dalam menciptakan pembangunan berkelanjutan (sustainable development), bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan, komunitas lokal dan komunitas secara keseluruhan dalam peningkatan kualitas hidup (Setyaningrum:2011)1. Berdasarkan tujuan tersebut sudah selayaknya perusahaan yang termasuk dalam kategori wajib melaksanakan program CSR memprioritaskan penyusunan program CSR sehingga benar-benar mampu memberdayakan masyarakat di sekitar lokasi operasi. Program pemberdayaan, bukan charity atau pemberian yang karikatif. Program pemberdayaan masyarakat yang mempunyai tujuan sustainability of development dapat terlaksana dengan baik ketika keputusan pelaksanaan program berdasarkan hasil asesmen kebutuhan masyarakat di sekitar perusahaan, mempertimbangkan potensi yang dimiliki dan hambatan yang mungkin ditemui, serta memperkirakan konsekuensi-konsekuensi apa yang akan muncul kini maupun yang akan datang  ketika program tersebut dilaksanakan.
            PT Newmont Nusa Tengggara (PT NNT) sebagai perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan pun mempunyai kewajiban dalam melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam pasal 74 ayat 1 UU No 40 tahun 2007 tentang. Program CSR tersebut diimplementasikan dalam kegiatan community development yang bergerak di berbagai bidang mulai dari pendidikan, kesehatan, usaha ekonomi masyarakat, pertanian, kelautan dan pariwisata serta sosial budaya dan agama. Dalam tataran konsep, pelaksanaan community development PT NNT diharapkan dapat selalu berlandaskan delapan prinsip dasar yakni kesejahteraan, kemandirian, keterpaduan, keberlanjutan, keterbukaan, partisipatif, akuntabilitas dan keadilan sehingga visi dari  community development yakni “Masyarakat yang sehat, cerdas, mandiri, sejahtera dan religius” dapat diwujudkan. Melihat visi, misi dan prinsip dasar yang melandasi pelaksanaan program CSR PT NNT bagi saya pribadi memunculkan ekspektasi yang luar biasa besar terutama mengenai kemajuan dan kesejahteraan masyarakat Sumbawa Barat atau minimal pada masyarakat yang berada di area lingkar tambang. Namun pada tataran praktis, segala hal yang disusun sedemikian rapi dalam rencana strategis terlihat sedikit kurang memuaskan (jika tidak mau dikatakan buruk).
            Dari hasil perbincangan dengan masyarakat di sekitar area lingkar tambang (terlepas dari apapun motif mereka menyampaikan ini) diperoleh informasi bahwa CSR yang dilakukan oleh PT NNT masih berada dalam tataran charity dan karikatif, pembangunan infrastruktur banyak namun tidak ada pendampingan dan keberlanjutan, masih terkesan “menggugurkan kewajiban untuk melaksanakan CSR”, belum diimplementasikan dalam program  yang terencana, sesuai kebutuhan masyarakat dan berkelanjutan. Masyarakatpun berteriak “Pernahkah Newmont berpikiran untuk membiayai sekolah anak-anak cerdas di lingkar tambang mulai dari SD hingga perguruan tinggi? Pernahkan Newmont berpikir untuk memberikan penyuluhan mengenai usaha kecil yang menguntungkan kemudian memberi modal dan melakukan pendampingan sampai masyarakat mandiri?” Jeritan masyarakat yang tidak bisa diabaikan begitu saja melainkan harus dijadikan bahan evaluasi, saran dalam penyusunan program sehingga ke depannya lebih tepat sasaran, tepat waktu dan tepat guna. Dari penglihatan saya sendiri masih menyaksikan kondisi masyarakat yang begitu senjang dengan kehidupan karyawan di dalam townsite (kompleks tempat tinggal karyawan di daerah bukaan tambang) mulai dari kondisi rumah, penampilan dan yang utama adalah dari segi kemandirian. Yang mengkhawatirkan adalah pekerjaan mereka sebagai penambang liar rumahan, tidak menghasilkan in come sedemikian banyak namun bisa jadi mencemari lingkungan karena menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya tanpa prosedur.
            Dalam pelaksanaan CSR termasuk yang diimplementasikan dalam Community Development sebuah perusahaan akan berhadapan dengan stakeholder dari berbagai kalangan yang biasanya membawa berbagai motif untuk diperjuangkan. Dan tujuan utama dari perusahaan adalah menyeimbangkan kepentingan antara stakeholder sehingga memperoleh dukungan demi keberlangsungan operasi perusahaannya. Hal ini menyebabkan kendala efektivitas dari program community development yang diterapkan perusahaan semakin tiada ujung pangkalnya, selalu berulang dan sulit ditemukan solusinya, hal ini pula yang mungkin terjadi pada PT NNT melihat bahwa dalam pelaksanaan community development-nya PT NNT melibatkan aparatur pemerintah daerah sedangkan target sasaran adalah masyarakat di lingkar tambang yang sering merasakan ketidak tepatan program community development. Terjadilah ketimpangan kepentingan antara masyarakat, pemerintah dan mungkin dari PT NNT sendiri apalagi terjadi perbedaan informasi dimana menurut satu pihak penyusunan program community development merupakan hasil diskusi dari semua pihak sementara pihak lain merasa tidak dilibatkan dalam penyusunan program tersebut.
            Ternyata dibalik semua keteraturan proses penambangan (mining), proses pengolahan yang meminimalisasi penggunaan bahan kimia, penempatan tailing di dasar laut dalam yang based on penelitian termutakhir, rancangan program perlindungan environment sekitar area tambang, reklamasi dan konservasi flora fauna masih tersimpan pekerjaan rumah cukup besar bagi PT NNT yakni pelaksanaan program community development yang efektif dan efisien sehingga gap antara das solen (harapan) dan das sein (realita) tidak begitu lebar. Meskipun masih banyak kekurangan, keberadaan usaha kecil aloe vera dan pembuatan batu bata program dampingan PT NNT perlu diapresiasi. Dan ketika mau sedikit oportunis, menurut teori deontologi yang dikemukakan Immanuel Kant yakni suatu perbuatan dikatakan baik jika dilakukan karena memang wajib untuk dilakukan tidak peduli bagaimana hasilnya, program CSR PT NNT sudah dapat dikatakan baik. Namun saya yakin, PT NNT akan terus memperbaiki kualitas perusahaan hingga tercapilah visi menjadi yang terdepan dalam bidang keselamatan kerja, perlindungan lingkungan dan tanggung jawab sosial.








           
                1 Setyaningrum, Dyah Ayu (2011) Pengaruh Implementasi Corporate Social Responsibility terhadap Kesejahteraan Hidup Masyarakat (Studi Kasus pada PT. APAC INTI CORPORA, Bawen). Universitas Diponegoro. Halaman 18 dan 30.

Daily report Sustainable Mining Bootcamp

Hari pertama (4 November)
Nama saya Rere. Sebelumnya saya utarakan terlebih dahulu bagaimana ceritanya saya bisa tergabung dalam kegiatan ini, Sustainable Mining Bootcamp, berawal dari ajakan senior di UI kemudian mempertimbangkan beberapa hal seperti gratis, liburan pasca UTS akhirnya fixed ikut dengan tujuan ‘mulia’ ingin mendalami sisi psikologis karyawan dan masyarakat serta mengetahui apa yang dipikirkan oleh sebuah perusahaan tambang besar terkait kegiatannya. Pukul 1 janjian di depan detos (Depok Town Square) bersama orang-orang yang baru saya kenal hari itu juga. Walaupun sama-sama dari UI, karena tidak pernah bersua jadi tidak saling mengenal. dengan demikian dapat dikatakan sustainable mining bootcamp mempertemukan kita dari berbagai latar belakang dalam sebuah perjalanan luar biasa ke sebuah negara bernama Newmont. berangkatlah kami ke bandara soekarno hatta karena janjian ketemu dengan yang lain pukul 2.30. Pukul 2 sampai di bandara dan chek in pukul 4. Terbang ke Denpasar pukul 05.30 WIB sampai 07.30 WITA. berlanjut terbang menuju Lombok, perjalanan darat menuju pelabuhan Kayangan naik boat turun di pelabuhan milik PTNNT dilanjutkan perkenalan program SMB oleh pak Ari. Berikutnya kami menuju townsite dan mengunjungi klinik untuk mendalami materi medical check up. Demi apapun yang maha besar di alam semesta ini, segala sesuatunya begitu teratur, bagai terdampar di negeri dongeng yang tak pernah terbayang sebelumnya, Newmont dengan budaya dan pola hidup yang seperti ini, sangat teratur, mengutamakan safety, keberadaan mesin-mesin berat, kendaraan besar, jalanan yang begitu unik, bangunan yang juga sangat unik. Everything here’s so different with my real life. Menjelang senja kami menuju mess, istirahat dan makan malam di green house berbincang dengan Pak Udi dan Pak Deden mengenai tujuan program ini, latar belakang PT NNT dan kondisi masyarakat sekitar Newmont. Dari sini dapat kami peroleh informasi bahwa keberadaan PT Newmont telah memberikan peningkatan kesejahteraan masyarakat Sumbawa. Terlintas dalam hati “Oh ya? Kita lihat nanti dengan adanya stay di masyarakat”. Malam semakin larut dengan kesan pertama makanan yang 'wow'.  Berjuta persepsi, silakan dimaknai apa maksud wow disini, terutama bagi saya (dan anak kos lain) betapa makanan tersebut jarang terjangkau oleh mahasiswa. Oke terimakasih atas perbaikan gizinya. Next, saatnya istirahat, meregangkan otot dan otak, merebahkan badan dan saatnya membangun semangat membara buat besok. The journey’s begin! Welcome to the Newmont “Kingdom”.

Hari kedua (5 November)
Berdasarkan prior knowledge yang saya peroleh pada diskusi di malam pertama menjadi “warga” Newmont, pengalaman journey hari pertama pun dimulai. Go to mining area dengan sebelumnya mendengarkan presentasi dari Pak Alva dan Pak Budi dari MMA. Presentasi pertama serupa mata kuliah 2 SKS dengan istilah yang sangat asing bagi saya seorang mahasiswa Psikologi. Seluruh penjelasan mengenai sejarah berdirinya PT Newmont, masa eksplorasi, kontrak karya, luas dan pembagian wilayah tambang, gambaran mengenai proses penambangan, rancangan penambangan hingga fase 7. Dari penjelasan awal ini terpikir “Hmm, seseuatu banget ini gunung mendadak jadi limbah, hutan hijau menjadi jalan berpolusi” tapi saya keep dulu untuk mendengarkan proses-proses berikutnya yang menurut saya bisa jadi 50:50 antara mengubah paradigma saya mengenai ‘negatif’nya Newmont menjadi positif atau tidak sama sekali. Pelajaran yang terngiang, If it can’t be grown, it has to be mined. Hmm, oke. At least pagi ini mendapat pelajaran “Bahkan ujung pena kalian pun dari bahan tambang, laptop, HP dsb”. Waktu dhuhur kami break istirahat sholat dan makan. pengalaman pertama mengenai makan siang di PT Newmont yakni porsi makan siang yang luar biasa banyak. Benar-benar berasa jadi pekerja tambang. Journey berlanjut menuju lokasi mining, simulasi mengendarai haul truck yang satu ban-nya setara dengan satu innova, mendatangi pit dan memperkenalkan berbagai kehidupan tambang. Pemandangan di sekitar area pertambangan sungguh memanjakan mata saya, kapan saya bisa melihat lingkungan sehijau ini? Negeri apa ini ada pit yang sedemikian besar? Saya ada dimana? Everything so amazing here. Pemberian materi mengenai mining berakhir sore hari dilanjutkan perjalanan menuju pantai Maluk dan makan malam si tepi pantai Maluk. Pantai pertama yang kami kunjungi, luar biasa indah. Saatnya saya melepas stress dan semua kepenatan yang saya bawa dari Depok. Welcome to the happiness, Re!! Makan malam luar biasa kami rasakan di Maluk, menu sepat, dendeng, plecing khas Sumbawa yang luar biasa mengobati perut yang lapar. Makan malam ditutup dengan bercandaan khas Mas Cumi. Satu kejadian unik yang tidak akan kami lupakan adalah episode ketinggalan dari Patrick sahabat kami tercinta. Pukul 19.00 khawatir dengan Patrick, kami menuju kamarnya dan memastikan dia tidak bunuh diri (sadis) ternyata dia baik-naik saja. Maaf Patrick.

Hari ketiga (6 November)
Hari ketiga ini dilalui dengan mempelajari segala hal mengenai proses pengolahan mulai dari distribusi ore dari stockpile atau langsung dari pit menuju tempat pemrosesan dan segala detail-detailnya yang cukup saya pahami dengan bahasa yang sederhana yakni proses pengambilan batuan dari dalam tanah, penghancuran batuan hingga menjadi pasir, dan pemisahan kandungan logam dalam pasir tersebut. Berbagai istilah baru yang membuat saya harus segera menyesuaikan diri yakni ore, concentrate, sag-mill, ball-mill, flotation dan segala hal mengenai pemrosesan. Kuliah 3 SKS kali ini, hehe. Pak Wira menyampaikan dengan cukup dapat dipahami, dan sahabat kami Angga mengeksplor materi tersebut yang sebenarnya membuat saya semakin bingung. Yah maklumlah, ia anak Metalurgi. Kunjungan mengenai proses kami lakukan di tengah gerimis hujan, melihat mesin-mesin raksasa, bunyi mengerikan dengan bau menyengat. Terlintas satu film paling menyebalkan sepanjang hidup saya “Final Destination”, it’s the real fabric, factory. Berbagai rangkaian mesin yang luar biasa dahsyat tak habis pikir bagaimana menyusunnya, sistem control yang mengintrol semua berjalannya mesin pemroses. Dengan mengunjungi langsung di lapangan seperti ini, jadi paham apa yang tadi disampaikan oleh Pak Wira. Setiap tahapan proses. Hal menarik dalam pengamatan lapangan ini adalah berbagai peringatan yang ditempel di area pabrik. Hmm, ini benar-benar pekerjaan maskulin yang ekstrim. Kunjungan  di bagian pemrosesan ditutup dengan sesi berfoto bersama. Mulai kompak rupanya kami ini. Perjalanan dilanjutkan menuju SWISS di teluk Senunu. Ilmu mengenai tailing dan pemipaan kami peroleh disini, menambah pengetahuan bahwa sistem penempatan tailing di dasar laut merupakan hasil penelitian dan pengkajian yang luar biasa dahsyat. Journey hari ini diakhiri dengan kunjungan ke pantai tropical. Pantai berpasir lada yang semakin memuaskan hasrat melepas penat. Sunset yang indah dengan kebersamaan sahabat baru yang semakin berwarna.

Hari keempat (7 November)
Hari yang menjadi destinasi paling penting yakni berpisahnya kami untuk mempelajari tugas bidang enviro. Perpisahan antara siapa yang berhak di darat dan siapa yang ke laut, saling meledek mengunggulkan antara darat dan laut dan berpura-pura tidak ingin ke laut. Yang membuat saya benar-benar menginginkan ikut rombongan ke laut adalah experience yang pasti tidak akan terlupakan meskipun materi yang diperoleh tidak jauh beda dengan yang disampaikan Pak Jonny di kantor departemen Enviro. Perjalanan saya dimulai dengan guyuran hujan deras dari mess hall menuju kantor departemen enviro. Bersama Pak Jonny, Pak Rully, Mbak Rissa dan Bapak-bapak lain yang saya lupa namanya kami dibagi menjadi empat tim yakni tim yang menuju lokasi pemantauan curah hujan, kelembaban, temperatur dan kuat angin, tim yang menuju pemantauan air permukaan, tim yang menuju penyimpanan limbah B3 dan non B3, serta tim yang menuju lokasi reklamasi. Saya dan kak Juway bersama Pak Rully dna Pak Junaidi menuju titik pemantauan curah hujan, kelembaban, temperatur dan kuat angin di stasiun 4 Benete. Sebuah perjalanan yang biasa saja tapi informasi dari perbincangan kami sungguh sangat luar biasa, bercerita mengenai perolehan proper hijau, pengevaluasian program departemen lingkungan oleh KLH dan KESDM dan berbagai informasi mengenai segala hal yang ingin saya tanyakan. Pengalaman yang luar biasa. Istirahat makan siang di kantor enviro bayangannya adalah makan dengan porsi yang luar biasa banyak. Ternyata menu kita siang ini adalah, jeng jeng jeng..... Nasi padang :D Sedikit berlega hati karena porsinya cukup memadai di tengah kelelahan (meskipun tetep banyak). Pada sesi ini Bu Jenny pamit balik ke Depok, berasa pengin teriak “Jangan tinggalkan kami”. Pengennya di mention di twitter tapi nggak tahu apa akun beliau. Peran beliau pun digantikan oleh Pak Jovie yang kata Bu Jenny Marcel ala Newmont. Perjalanan dilanjutkan menuju pemantauan air permukaan, kami di ajak ke DAM Santong 3, melihat sungai yang jernih dan aliran air asam tambang. Bendungan yang luar biasa besar, perjalanan the real off road dengan ford ranger, hutan yang katanya pernah digunakan untuk melepas phyton 12 meter serta menjadi tempat tinggal puluhan jenis burung dan kelelawar. Hmm, dunia mana lagi ini? Hujan sore ini sepertinya tidak mau berhenti, meluapkan kerinduannya pada tanah Sumbawa yang sedemikian kering karena lama tak hujan. Rencana menginap di kepala desa pun batal karen ahujan lebat akhirnya kami menghabiskan malam di basai ate yang katanya artinya sehati. Menghabiskan waktu selain untuk makan yakni dengan berdiskusi mengenai proyek kelompok yakni presentasi dan yel-yel. Masih pusing apa yang mau kami bawa, apa yang mau kami yel-yelkan. Tapi otak tidak bisa diforsir. Istirahat ke mess, good night everybody.

Hari kelima (8 November)
Hari yang ditunggu-tunggu, mengajar anak sekolah di SD Tatar, menuju ke Puskesmas dan menginap ke rumah Pak kades Sekongkang. Perasaan hari ini antara senang dan sedih. Senang karena bisa mengeksplor pendapat masyarakat, sedih karena mungkin harus menghadapi kondisi yang sangat berbeda dengan kondisi mess mungkin, hehe. Pagi hari kami (kelompok satu dan kelompok dua) berpisah dari messhall menuju lokasi desa kami masing-masing. Kelompok satu menuju Tongo dan kelompok dua menuju Benete. Perjalanan yang cukup jauh menuju desa Tongo yang terletak di tempat yang saya tidak mengerti dimana ia berada. Sampailah kami di desa Tongo yang menurut saya dan rekan-rekan saya di kelompok satu kondisinya masih jauh tertinggal dari townsite dan lingkungan Newmont lainnya. Kembali terlintas di pikiran saya, inikah kehidupan yang berada di lingkar tambang Newmont? Setelah ditanyakan apa yang sudah dilakukan Newmont untuk desa ini, Pak Ardho saat itu yang mendampingi kami mengatakan bahwa listrik disini dipasok dari PT Newmont dan untuk desaSekongkang yang saat ini belum berlistrik, Newmont akan membantu 6 Miliar untuk pembuatan jaringan distribusi. Perjalanan pagi ini kami mengajar di SD Tatar, sungguh SD yang berbeda sekali dengan Jakarta, anak-anak yang dengan polosnya mengikuti setiap instruksi dari kami, ternyata untuk siswa kelas 6 mereka  baru sebatas tahu mengenai kota yakni kota Jakarta dan Mataram saja. Topik pembelajaran kita kali ini adalah mengenai kota-kota di Indonesia, setelah kami memberi sedikit penjelasan kepada mereka mengenai kota-kota yang ada di Indonesia, mereka diminta untuk menuliskan kota mana yang mereka ingin kunjungi dan menempelkannya di peta Indonesia. Dan ternyata mereka hanya berminat dengan Jakarta, hehe. Perjalanan dilanjutkan menuju puskesmas Ai’ Kangkung, kondisi yang menyedihkan melihat puskesmas masih sebegitu jauh dari fasilitas memadai, bahkan air saja tidak ada, tenaga medis yang hanya sedikit dan kebersihan yang tidak terjaga. Berikutnya kami menuju pantai Ai’ Kangkung untuk melihat project dari tim enviro yakni pagar cemara yang bertujuan sebagai wind breaking. Berikutnya kami makan siang di RM Ibu Diah yang mantap dengan pelecingnya. Perjalanan kami lanjutkan untuk bertemu dengan kelompok dua di community development center. Perjalanan yang cukup jauh dari lokasi kami saat ini dan di tengah jalan ban mobil kami bocor. Oke, perjalanan delay selama kurang lebih setengah jam. Sesampainya di comdev center kami melihat berbagai benih yang diperuntukkan bagi masyarakat, biogas dan semacam kebun yang asri. Kemudian kami menuju penangkaran penyu di Pantai Maluk. Menjelang senja kami melanjutkan perjalanan menuju penginapan yakni rumah Bapak kades setelah sebelumnya makan malam di RM Luwes. Saya dan teman-teman kelompok satu mendapat tempat di Kepala Desa Sekongkang bawah. Diskusi pun dimulai sampai pukul 01.00. Dahsyat bukan? Terlalu banyak yang kami bahas hingga menurut saya ini adalah mata kuliah berpikir kritis 3 SKS, hoho. Mengenai apa hasil diskusi kami, baiknya saya ceritakan secara lisan saja pas malam presentasi di Novotel. Malam semakin larut, anjing menggonggong, hujan deras mengguyur, lelahnya badan tak dapat ditolerir lagi, Selamat malam dunia.

Hari Keenam (9 November)
Sarapan dengan dendeng rusa ala bu kades, yummi, sambutan yang sangat baik dari keluarga Pak Kades. Hari ini kami akan melanjutkan journey di batu hijau dengan mengunjungi lokasi community development lain yang ada di Batu Hijau yakni Pembudidayaan Aloe Vera, beras merah dan pembuatan batu bata. Mempelajari penanaman dan lahan aloe vera, hitung menghitung modal, biaya produksi serta keuntungan yang mungkin diperoleh, membantu ibu-ibu membungkus dan memotong-motong lidah buaya, melihat proses pembuatan minuman alova sampai pengemasan. Berikutnya menuju lokasi produksi beras merah yang dijual 18.000 per kg nya, pengemasan yang menarik serta proses pemilahan beras yang unik antara beras siap dijual dan yang belum. Berikutnya kami menuju tempat pembuatan batu bata, hmm berisik sekali saudara-saudara. Di sini suara mesin press yang dihasilkan sangat keras namun penanganannya belum se-safety di area Newmont. Berbagai lokasi pemberdayaan masyarakat ini merupakan dampingan dari PT Newmont. Menjelang sholat Jumat kami beristirahat di Rumah Makan Ikan Bakar Sumbawa, sambil menunggu pesanan rombongan melaksanakan sholat Jumat terlebih dahulu. Ternyata setelah rombongan kembali pun rombongan belum tiba. Namun kami disuguhi oleh Cassava fried yang luar biasa enak. Satu setengah jam menunggu makanan pun disajikan yakni ayam taliwang, ikan bakar, cumi goreng, pelecing dan pepes udang, menu yang sangat sangat sangat juara! Yah kalau menurut saya ini the best menu we have ever eat in Sumbawa, hehe. Oke, journey kami melihat-lihat segala hal tentang Newmont sudah cukup. Kami melanjutkan perjalanan menuju Pantai Lawar, pantai yang indah dengan karang di salah satu sisinya tempet berteduh dan berfoto-foto ria. Pemandangan yang indah tempat bercanda-canda dengan sahabat-sahabat baru yang semakin dekat di hati, eaaa. Setelah dari Pantai lawar, kami melanjutkan perjalanan menuju Pantai Rantung yang terkenal dengan ombak yoyonya. Karena sudah teramat lelah, pukul 16.00 saya dan enam orang teman saya lainnya memutuskan untuk pulang terlebih dahulu meninggalkan rombongan yang lain. Sore terakhir di town site kami gunakan untuk jalan-jalan sore, makan bakso satu-satunya di area PT Newmont, berfoto-foto di pinggir jalan sampai dikira mau naik bis dan disarankan untuk menunggu di halte oleh salah satu karyawan Newmont. Sore yang indah. Azan magrib kami menuju mess dan tak lama kemudian dijemput taxi menuju mess hall untuk makan malam. Semua orang nampaknya kelelahan, acara pun dicukupkan. Perjalanan kaki menuju mess di malam hari dari mess hall dipenuhi gelak tawa canda yang membuat kangen. Pukul 21.00 kelompok satu tentunya berkumpul terlebih dahulu untuk membahas presentasi dan yel-yel. Pikiran yang stag karena kelelahan mungkin, baru tercetus yel-yel yang cukup asyik menjelang pukul 24.00. Pukul 24.00 kami cukupkan dan istirahat. Besok jam 6 pagi harus udah stand by karena mengejar boat ke Kayangan, Lombok pukul 0800. Hmm, malam terakhir di town site. Sediih.

Hari ketujuh (10 November)
Morning Guys.... Hari ini saya talat bangun, lima belas menit menjelang pukul 06.00 baru bangun, dimarahinlah sama Mas Cumi, hoho sediiihhh. Sarapan terakhir di mess hall saya memilih susu sama Indomie aja lah ya, badan mulai tidak fit ini, flu dan demam sehingga tidak nafsu makan. Mungkin ini adalah salah satu psikosomatis karena hendak meninggalkan Batu Hijau kali yaa, hatiku sudah tertambat di sana, hehehe. Sarapan kami pagi ini hanya diberi waktu 15-20 menit, wow ekspress. Kami pun menuju Benete, pamitan sama Pak Molet, hoho beliau sudah baik banget, banyak kami repotin, maaf ya Pak Molet, berharap bisa ketemu lagi, Bagde ID kami ditukar dengan tiket masuk boat, huhuhu itu badge jadi nyawa kami selama seminggu di “negara” Newmont, hehehe sediih, semakin harus menghadapi kenyataan bahwa harus meninggalkan Batu Hijau. Boat sudah siap kami pun segera menempatkan diri di dalam boat, perjalanan menuju Lombok, teringat naik boat satu minggu yang lalu, yang semula saling berdiam diri kini bercandaan cekikikan. Saya dan beberapa teman naik ke deck atas menikmati detik-demi detik meninggalkan Batu Hijau. Hmm, indah dan sedih. Sampailah kami di Pelabuhan Kayangan, bersiap menuju Novotel Lombok. Macet sekali perjalanan hari ini, kemi pun mengambil jalan yang unik, melewati desa-desa sampailah waktunya kami untuk makan siang. Menu khas Lombok ayam taliwang, ikan bakar, pelecing bedanya kali ini ada sate dan sayur bayam. Suasana semakin ciamik karena dibumbui gosip Afumaulana (Kak Afu dan Kak Angga yang dibacain sama Mas Cumi). Perjalanan dilanjutkan menuju Novotel, kami sampai pukul 15.30 check in, hmm hotel yang luar biasa mewahnya. Sore hari kami berenang dan bermain-main di pantai menunggu sunset. Malam hari kami makan malam bersama dengan menu yang juga mewah, barbeque, dan menu desert yang amat banyak. Malam dilanjutkan dengan presentasi kelompok. Jayya kelopok satu yang menampilkan yel-yel dengan unik karena ada ada kak Juway sama Patrick yang saat ini sedang diterpa gosip (lagi-lagi karena ulah Mas Cumi). Presentasi yang cukup pedas dengan saran membangun serta tanggapan dari dewan PT Newmont berlangsung hingga pukul 24.00. Presentasi yang menjadi puncak malam terakhir yang sekaligus menjadi alarm sekali lagi bahwa Sustainable Mining Bootcamp segera berakhir. Semakin tidak jelas ini perasaan. Tapi kelompok satu tetap Resssss lah yaaa pastinya. Ooops..

Hari kedelapan (11 November)
Kebebasan dari pukul 24.00 s.d 09.00 pagi membuat saya kembali bangun kesiangan, selepas sholat subuh saya kembali tidur hingga pukul 08.00 pagi, jelaslah saya dan my roomate pun sarapan kesiangan. Selepas sarapan sesuai janji maksimal pukul 09.30 kami sudah harus bersiap untuk check out namun sampai pukul 10.00 belum semuanya berkumpul. 10.15 akhirnya kami fixed berangkat setalah sebelumnya ada pengembalian simcard dan pemberian biaya trasportasi dari Mas Jovie (enak benar kami ini, Bootcamp udah gratis, dapat pengalaman banyak, transport diganti pula). Rencana awal hendak ke pusat oleh-oleh gagal lah. Namun kami masih sempat mampir ke Desa Sade, di sini lah saya bingung, pesanan banyak sekali tapi disini hanya ada kain dan baju, niatan saya ingin beli makanan tapi ternyata tidak ada, hmm. Mas Cumi sudah berteriak-teriak, akhirnya kami benar-benar meninggalkan Desa Sade dan road to airport, berpisah dengan Mas Ari. Tarimakasih Mas Ari atas sambutan dan bantuannya selama kami di site. Maaf banyak merepotkan dan berpisah dengan rombongan Jogja Mbak Titis dan Kak Puthe my roomate, I’ll miss you all, Guys. Haha, semakin nyata benar ini perpisahan. Setelah check in, sampailah kami pada makan siang terakhir kami di bandara. Pukul 12.30 pengumuman dari pesawat sudah menggelitik telinga, kami pun terbang meuju Jakarta. Sejam empat puluh menit kemudian (pukul 13.40 WIB) sampailah kami di bandara Soekarno Hatta, hemat satu jam dari jam WITA yang nggak pernah tau darimana asalnya satu jam lebih lama tersebut, hehe. Berpisahlah kami di Beranda Soetta menuju destinasi kami masing-masing, the real separation. Bagaimana tidak sedih seminggu bersama dalam suka dan duka (ceila) kini waktunya berpisah. Terimakasih atas persahabatan, pembelajaran, pertukaran pendapat, semua kebersamaan. Semoga agenda ketemu bareng yang telah dirancang benar-benar terealisasi. Tetap semangat teman-teman menjalani kehidupan dan rutinitas sehari-hari, seminggu di Batu Hijau cukuplah menjadi ajang katarsis dan refreshing. Welcome to the real life, semangat dengan aktivitas esok hari. Jakarta hujan lebat nih menyambut kita, saatnya melanjutkan tweet dengan hashtag # Batu Hijau edisi Move on :D

“Tambang adalah  Kebutuhan, Tanggung jawab sosial adalah keharusan, Kesejahteraan Masyarakat adalah tujuan”
Tetaplah PT Newmont menjadi yang terdepan dalam bidang keselamatan kerja, perlindungan lingkungan dan tanggung jawab sosial karena bagaimanapun alam ketika sudah ditambang tidak akan kembali seperti semula, namun yang terpenting adalah bagaimana memperkecil kerusakan dan memperbanyak kebermanfaatan.
An amazing experience with Bu Jenny, Pak Jovie, Pak Ari, Pak Molet, Syihab Brother bus, Pak Wira, Pak Udi, Pak Alva, Pak Budi, Pak Rully, Pak Deden, Pak Fauzan, Pak yang di SWISS, Pak Jun, Mbak Risa, Mbak Retno dsb
My beloved bro and sist Afu, Juway, Meu, Oliv, Dian, Dyah, Titis, Hety, Puthe, Irvan, Rohib, Cumi, Patrick, Angga, Barry. Tetep keep in touch.