Jumat, 14 Januari 2011

(KRL Ekonomi) Perjalanan yang .....



“Makanya punya mata buat liat dong! Jangan pura-pura buta!”
“Apa Lu! Dasar *n*i*g!”
“Hei. Kurang ajar Lu. Cari tempat lain jangan nyerobot”
“Ye siapa juga yang nyerobot. Lu tu yang nyerobot jatah gua. Orang biasanya gua yang disini!”

Untungnya ga terjadi adu fisik kala itu. Di KRL yang padat gimana ceritanya kalau sampai ada adu fisik?
Perjalanan dengan KRL Depok-Jakarta, Jakarta-Depok, Depok- Bogor, Bogor-depok. Bersama puluhan penumpang lain. Hal itu hanyalah salah satu dari berbagai macam kejadian di kereta. Dua hari berkelana dengan KRL telah kutemui anak kecil peminta-minta yang karena apa yang didapatnya tak sesuai dengan apa yang ia inginkan membuatnya hendak terjun bebas dari KRL ekonomi Depok-Bogor. Berteriak histeris seperti orang yang memendam kemarahan mendalam dan ingin meluapkannya. Pedagang asongan lalu lalang,apapun dijajakan demi mendapat sejumlah rupiah. Pengamen dengan alat seadanya dan suara yang pas-pasan jika tidak boleh dikatakan jelek. Sampai copet yang mencari rupiah dengan cara paksa. Beresiko nyawa kalo sampai ketangkap basah.

Lelah dan trenyuh melihat pemandangan dalam kereta yang begitu menyedihkan, kupalingkan muka ke arah jendela. Sawah-sawah yang terkadang hijau, kadang kering, lahan kosong, kompleks bangunan perumahan dengan pagar tinggi sampai hunian pinggir rel dengan kali yang kotor, banyak sampah, kumuh,padat dengan gerobak-gerobak pengangkut rongsokan. Anak-anak beringus rambut kusut tanpa alas kaki bermain petak umpet, berlarian. Masya Allah, lebih memprihatinkan.

Bertolak dari KRL kembali ke Universitas Indonesia, betapa banyak anak kecil yang berjualan stiker, koran, tissue atau sekedar menengadahkan tangan sambil “please give me some money, I want to eat”. 

Sering aku bertanya, mengapa harus ada hal semacam itu sementara di televisi diiklankan produk-produk mahal, ditayangkan sinetron-sinetron yang menggambarkan kehidupan serba kaya. Para pemimpin bangsa mengendarai mobil dinas mewah dengan pengawalan ketat. Di kampus pun mahasiswa yang baru beberapa bulan lalu lulus SMA sudah mengendarai mobil pribadi. Mengapa semua begitu senjang?
Perbaikan macam apa yang harus ada di negeri ini? Bukankah sudah terlalu sulit untuk mengubahnya?

Ya Allah pantaskah hamba untuk berputus asa?
Untukku dan semua orang yang masih peduli dengan perbaikan bangsa, ingin sekali bangsa ini menjadi apa yang dinamakan madani. Yang mempunyai kesejahteraan dari berbagai aspek. Yang semua orang mempunyai kesadaran untuk berbagi, untuk peduli, mempunyai kesadaran untuk melakukan perubahan. Yang senantiasa mengevaluasi diri, memperbaiki diri dan berusaha memperbaiki orang-orang di sekitarnya. Allah,ingin sekali rasanya engkau memberikan kebulatan tekad dan kemudahan untuk bertindak bagi hamba dan orang-orang di negeriku.

Harapan. Aku yakin dengan harapan masih ada sesuatu yang ingin dicapai, masih ada sesuatu yang akan diusahakan. Masih ada celah-celah perubahan itu, masih ada. Pesimis namun tetap berusaha dan mempunyai target daripada mempunyai target tapi pesimis. Semoga semuanya menjadi lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar