Rabu, 26 Januari 2011

23 Januari

23 Januari. Saatnya aku untuk pulang ke tanah rantau. Kota seribu perjuangan, kota sejuta impian dan semilyar langkah untuk meraih cita-cita. Kota yang tergantung kepadaku untuk bersahabat dengannya atau bermusuhan selamanya dengannya. Kota yang tidak akan memberiku kenyamanan jika aku tak menciptakannya, kota yang tak pernah akan memberiku kebahagiaan jika aku tak berusaha untuk menyambut kebahagiaan itu. Kota untuk berjuang, melaksanakan amanah orang tua, amanah Tuhan, amanah semua orang yang menyandarkannya di bahuku. Untuk berkontribusi, serius dalam belajar, peka terhadap kondisi bangsa, untuk membuat ilmuku bermanfaat di jalan yang diridhoi-Nya.

23 Januari saatnya aku tinggalkan kota kecil tempat aku dilahirkan, tempat aku dibesarkan, merasakan buaian lembut ibu serta nasihat berwibawa ayah, tempatku berbagi dengan adik-adik tercinta, mengenal teman sejak aku mulai bisa berjalan, memahami arti pertemanan, persahabatan dan persaudaraan, keajaiban untuk merasakan apa itu hidup dan mengapa perlu untuk berjuang. Kota sejuta kenangan, Sukoharjo tercinta. Dimana aku habiskan 16 tahun usiaku disana, menjalani hari demi hari dengan berbagai fatamorgananya, dengan berbagai spectrum cahayanya, menyilaukan, indah, penuh sensasi. Kota sejuta rajutan mimpi, karena disanalah pertama kalinya aku mengukir alur di lembaran usia kehidupanku, menyulam benang-benang jalan takdirku hingga terbaca sekarang, siapa aku. Seorang yang masih mempunyai banyak kewajiban, melaksanakan tugas penciptaanya, untuk menjadi pemimpin di muka bumi, untuk senantiasa menjadi orang yang berusaha, berjuang hingga akhirnya dikenang menjadi orang yang memberi manfaat, karena itulah aku harus pergi, meninggalkan kota kecil ini, kota penuh kenangan ini.
23 januari ini aku sampaikan pamitku kepada ayah ibu tercinta, mengatakan bahwa aku akan melanjutkan perjuanganku, yang sebelumnya telah aku jalani selama beberapa waktu, yang ternyata tidak semudah yang aku bayangkan, melanjutkan perjuangan yang sempat hampir terhenti karena lemahnya hati ini menghadapi kesendirian dan kerinduan. Perjuangan yang bagaimanapun caranya harus aku pertanggung jawabkan, perjuangan untuk meraih mimpiku yang telah aku lukis di kanvas kehidupanku yang lalu.

23 Januari aku kuatkan hati untuk menyusun kembali kepingan-kepingan janjiku yang sempat tercecer dan terlupakan karena kepayahanku menjaganya, untuk kembali aku susun menjadi janji yang utuh, untuk aku perjuangkan dalam menepatinya, 23 Januari aku charge semangatku, semangat menghadapi hari esok, kepercayaan akan kemampuan diri ini, mencharge muatan energy positif dalam hati dan otak ini, untuk lebih memandang baik apa yang aku hadapi, mencharge restu kedua orangtua yang selalu aku harapkan demi kemudahanku menapaki pematang-pematang kehidupan di hadapanku, mencharge kebahagiaan kebersamaan bersama adik-adikku. kehangatan bercengkerama dengan orang-orang “yang sangat baik” dalam hidupku, dialah saudaraku, saudara seperjuanganku di masa lalu hari ini, dan masa depan. membangkitkan kekuatan jiwa untuk tetap berkomitmen terhadap tekad pertama yang telah aku pilih.
23 Januari aku melihat derai air mata dari ibu tercinta yang entah mengapa sampai detik ini masih belum juga berhenti menangis ketika aku ucap kata pamit, butiran bening yang meluncur dari sudut matanya yang selalu membuatku menyesal kenapa begitu sering aku membuatnya menetes, betapa sering aku membuat suasana hatinya berubah menjadi gundah, oh ibu, maafkan aku.
23 Januari kulihat dengan kekuatannya ayah menjagaku dari orang-orang yang mungkin akan melukaiku. Mengantar keberangkatanku menuju tempatku menuntut ilmu dengan rasa sayangnya, melindungiku dan menasihatiku untuk menjaga diri di sana. Sebuah tempat yang begitu beragam, yang bisa saja menelanku mentah-mentah, yang bisa saja menggelincirkan jika aku tak berhati-hati dengannya. Sebuah tempat yang, jauh dari pandangan orangtuaku. Sebuah tempat yang dalam waktu cukup lama akan aku habiskan usiaku di sana. Yang akan menentukan berhasilkah aku?

Ya Allah aku titipkan keluargaku padaMu, jaga mereka, lindungi mereka, tunjukkan jalan terbaik pada mereka. Sampaikan sayangku pada mereka, ayah, ibu, adik-adik, sahabat-sahabatku. Dan Ya Rabb, aku serahkan hasil dari apa yang telah aku kerjakan setelah perjuanganku tidak bisa dikatakan ringan.
23 Januari, 23 Januari. Di saat aku harus siap dengan seabrek pekerjaan di hari esok, di saat aku harus realistis memandang masa depan, di saat tidak begitu dibutuhkan lagi teori yang sebatas teori, di saat semuanya membutuhkan kesungguhan, ketulusan, konsistensi, semangat juang yang tak gentar. Di saat hari esok masih menyambutku. Hari esok yang harus aku persiapkan menjadi hari yang jauh lebih baik dai hari ini. Hari esok, hari dimana aku membuktikan janjiku di hari ini.
Allah Tuhanku bimbinglah aku.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar