Kamis, 09 Desember 2010

Ketika Hikmah dapat Dipetik

Ketika aku merasa bahwa kehidupanku tidak pernah sesuai dengan apa yang aku inginkan. Maka saat itu Allah memberi jawaban atas kesesatanku.
Aku mempunyai seorang sosok pedoman yang setiap hidupnya selalu mencoba memberi yang terbaik.
seorang teman, sahabat, saudara...
Ya rabb, temanku di sana telah berbagi ceritanya dimana ia telah merasakan kenyamanan dengan kehidupan barunya.
Yang dari setiap kata yang ia ucap tergambar bahwa ia telah cukup banyak meluangkan waktu bagi lingkungan sekitarnya.
Bagaimana tidak?
Menjadi komunitas pecinta alam dan tim fund rising dalam suatu kegiatan sosial berskala nasional, fund rising yang tidak menerima dari donatur. Semua harus hasil jerih payah tim,
Subhanallah.
Ia telah berusaha menjadi orang yang bermanfaat, dan ya, sejak dulu ia memang orang yang begitu mengerti bagaimana ia harus bertindak. Bagaimana ia menempatkan diri untuk mencari banyak teman dan untuk memberi suatu hal yang amat berharga bagi orang yang sempat dekat dengannya, yang nantinya akan sangat membuatnya pantas dikenang tanpa ia memintanya.
aku mengaguminya.
Ia adalah orang yang mampu memandang sisi lain dari setiap hal.
Setiap saat ia membuatku penasaran dengan apa yang sedang mengganggu pikirannya, tak pernah sedikitpun diceritakannya, namun ternyata semuanya begitu kompleks.
Dan ia bisa menyelesaikannya.
Saat di SMA selalu menampilkan senyum manisnya yang menghias wajahnya namun tak menutupi adanya duka mendalam yang menyesakkan dadanya.
Tapi kenapa aku tak pernah paham?
Jika aku berpikir sahabat itu tak ada, mungkin tidak untuk dirinya,.
Allah, berkahi jalannya.
Ia telah menemaniku setiap saat,
Ia yang memberiku inspirasi bahwa kita harus bertahan dengan keadaan teburuk sekalipun yang menimpa. Ia yang selalu menampakkan kedewasaan meski usianya masih sangatlah muda.
Ia tak memanjakanku, tak menuruti setiap keinginanku.
Tapi ia telah membuatku mengerti bahwa yang aku pikir begini tak selamanya seperti ini.
Bahwa yang aku pandang seperti ini bisa juga dipersepsikan seperti itu.
Memandang luas, sabar dalam menghadapi apa yang Allah kehendakkan. Mencari ibrah.
Sabar dan sungguh sabar, sampai akhirnya aku mendapatkan ceritanya, hidupnya yang tak bisa dikatakan mudah dan lancar. Tapi ia mampu melewati masa sulit itu, yang aku yakin tak banyak orang mampu menghadapinya dengan baik.
Sampai saat ini aku melihat ia telah memetik hasil dari usahanya, buah ketulusannya. Ia telah merasakan sebuah kenikmatan yang selalu ia syukuri, kasih sayangnya pada semua orang membuat banyak orang menyayanginya. Dan aku baru merasakan bahwa aku sangat menyayanginya saat ini. Kenapa? Sebegitu kerasnyakah hatiku sampai-sampai aku benar merasakan tak mudah untuk mempercayai orang lain. Padahal nyata ia adalah orang yang teramat baik, teramat tulus, kenapa?
Ya Rabb, aku merasakan itu sebagai suatu kesalahan yang seharusnya membuatku belajar.
Bahwa berbaik sangka kepada setiap orang yang aku temui itu harus, bahwa memahami orang lain merupakan hal yang diutamakan, dan nantinya itu akan menjadi tugasku.
Satu pelajaran bahwa mempercayai orang lain itu perlu. Karena kita sekarang hidup bersama mereka. Sombong sekali jika beranggapan aku bisa hidup sendiri, aku tidak mudah percaya orang lain seolah-olah akulah yang terbaik di dunia ini. Astaghfirullah.
Ya Rabb, berkahi hidupnya, bimbing jalannya, sayangi ia.
Jaga ia dikala tak ada seorangpun yang mampu menjaganya, tenangkan hatinya di saat tak seorangpun bisa menghibur kesedihannya. Bantu ia untuk bangkit di saat ia terjatuh, besarkan jiwanya untuk menghadapi dunia yang penuh dengan keanehan ini. Bantu ia meraih apa yang diimpikannya.
Seorang yang telah menggugah hatiku untuk senantiasa ingat akan yang menciptkanku, untuk belajar dari al qur’an yang menjadi penerang hidupku.
Dan ia lah yang mengajarkan cinta. Dan ia lah yang memberiku pemahaman bahwa dengan belajar mencintai orang lain kita akan mampu mencintai diri sendiri. Aku mengerti esensinya sekarang.
Sungguh aku menyayanginya karenaMu Rabb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar