Minggu, 25 Desember 2011

Berkorban, antara Persepsi dan Redaksional





"Cinta itu membutuhkan pengorbanan"
"menjadi manusia itu harus mau berkorban"
"Pengorbanan dibutuhkan untuk mencapai impian"
Berkorban, pengorbanan, mengorbankan diri, tenaga, waktu
Berkorban menjadi sebuah istilah yang dirasa berat,
Asosiasi dengan pilihan untuk "Memberi ketika sulit untuk memberi"
Berkorban, menjadi sebuah hal yang tidak semua orang bisa melakukannya
Menjadi sebuah perjuangan luar biasa untuk menerapkannya
Berkorban, bagai sekam yang menyakitkan
Menimbulkan sesak yang menyayat dada
Tercekat tanpa kata
Berat, perih
Pun jika dimengerti maknanya oleh yang diberi pengorbanan
Diabaikan semakin membuat ingin bunuh diri
Sakit, kecewa


Ini tentang persepsi
Bukankah berbagi sangat dianjurkan?
Lantas apa yang membuat berat ketika harus berkorban?
Bukankah berkorban salah satu hiponim dari berbagi
Lagi-lagi tentang persepsi,
Sesuatu berharga yang harus dibagi,
Sesuatu yang harus direlakan
Yang jika telah dilakukan mengharapkan sebuah penghargaan
Ini tentang dasar berpikir
Mencoba mengkaji
Sebuah retorika, permainan kata
Redaksional
Bahasa
Makna
Berkorban, aku tak akan pernah berkorban
Karena  berkorban, artinya aku hanya punya satu
Satu yang berat untuk dibagi
Satu yang sulit untuk diberi
Satu yang sangat aku inginkan untuk kumiliki ketika orang lain pun menginginkannya
Berkorban, berbagi yang berharap untuk dihargai
Berkorban, berbagi meski diri terasa berat, sebab hanya satu yang dipunya, cinta, dedikasi, raga, harga diri


Sekali lagi ini mengenai persepsi
Aku berbagi karena aku kaya,
Kaya akan cinta sehingga aku berbagi cinta pada siapapun, bukan mengorbankan cinta yang kupunya
Dedikasi, aku mampu mendesikasikan diri untuk situasi apapun, aku tak akan mengorbankan dedikasiku
Aku tak berkorban waktu, harta maupun tenaga
Tapi aku membaginya, untuk setiap aktivitas, untuk segala yang aku perjuangkan
Aku berbagi karena cinta dan ketulusan
Bukan berkorban yang terpaksa dan berat







Tidak ada komentar:

Posting Komentar