Menjadi
manusia seperti apa, itu adalah pilihan,
ya pilihan, jika B adalah Birth dan D
adalah Death maka diantaranya ada C
yakni Choice, pilihan untuk menjalani
masa di antara kedua keniscayaan tersebut, Choice,
pilihan yang harus melibatkan Zat ini sebelum apapun, A yakni Allah.
Memilih
menjadi manusia seperti apa mungkin menjadi salah satu dari choice yang
sebenarnya sangat mudah jika kita harus melafalkan_melisankan ingin menjadi
yang mana, namun sulit jika harus membuktikan dengan perbuatan, karena
bagaimanapun, perbuatan_action membuktikan
setiap kata yang terucap, apakah hanya seperti terjemahan Q.s As Shoff ayat 2
s.d 3 "Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu
yang tidak kamu kerjakan? (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu
mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan". Ayat ini yang biasanya
ditujukan dalam hal berdakwah, saya pikir bisa digunakan pada kesempatan ini
juga. Perbuatan kita harus mencerminkan apa yang kita katakan.
Menjadi
manusia seperti apa?
Ini
dikutip dari pernyataan EmHa Ainun Najib, bahwasanya manusia dibedakan menjadi
empat berdasarkan dampak keberadaannya bagi lingkungan sekitarnya
Pertama.
Manusia wajib
Khairunnas
anfa'uhum linnas--> sebaik-baik menusia adalah yang paling bermanfaat bagi
orang lain, manusia seperti ini keberadaannya sungguh memberikan ketenangan,
memberikan manfaat, keberadaannya dinanti, setiap permasalahan pasti akan
selesai jika ia ada, manusia seperti ini sungguh wajib keberadaannya di sisi
orang-orang di sekitarnya, keberadaannya dinanti, menjadi wajib, karena jika ia
tiada mungkin banyak urusan yang terbengkalai, mungkin akan banyak hati-hati
yang menangis, manusia penuh teladan, penuh manfaat, penuh
kemuliaan
Inikah kita?
Inikah kita?
Kedua.
Manusia sunnah
Keberadaannya
masih dinanti, karena ia mampu memberikan manfaat bagi sekitar, mampu membuat
lingkungannya bahagia, namun ketiadaannya bukan menjadi suatu masalah. Menusia
ini dimana berada masih selalu memberi teladan, memberi kemuliaan
Inikah
kita?
Ketiga.
Manusia mubah/ makruh
Keberadaan
ketiadaannya bukan hal yang cukup dipikirkan, ada atau tidak orang ini
kondisinya sama saja, tak ada kebaikan yang bertambah, semuanya stagnan, tanpa
kebermanfaatan, tanpa teladan, tanpa kemuliaan. Manusia mubah/makruh tentunya
tidak dipedulikan keberadaannya karena tidak mempu memberikan sesuatu yang
signifikan
Inikah
kita?
Keempat.
Manusia Haram
Keberadaannya
sungguh-sungguh dianggap bagaikan suatu kerugian semata, haram. Keberadaannya
hanya menambah keributan, menambah kemaksiatan, merusak kedamaian, merusak
sistem, membuat banyak hati berduka. Kepergiannya sungguh sangat dinanti, tanpa
penyesalan, tanpa merasa dimiliki. Manusia tertolak.
Inikah
kita?
Naudzubillah
Choice, pilihan itu ada di tangan kita.
Bagaimana kita mendekatkan diri pada Allah agar pilihan yang kita ambil benar.
Bagaimana kita melakukan yang seoptimal mungkin, yang terbaik dalam hidup kita
hingga Allah menilai kita pantas mendapat pahala-Nya.
Pilihan itu ada di tangan kita, bagaimana kita mampu meyakinkan Allah bahwa kita benar-benar manusia yang berhak mendapat rahmat-Nya
Pilihan itu ada di tangan kita, bagaimana kita mampu meyakinkan Allah bahwa kita benar-benar manusia yang berhak mendapat rahmat-Nya
Pilihan
itu ada di tangan kita, pilihlah yang terbaik
Buktikan
dengan aksi nyata yang terbaik, dengan perjuangan, dengan keistiqomahan
Subhanallah.. jazakillah ren atas postingannya..
BalasHapusane... sepertinya memang belum dan sangat jauh untuk disebut sebagai manusia wajib. yang sunnah aja masih disebut kadang-kadang...
proses... IsnyaAllah.. saling mendo'akan... :')