Ketika itu
seorang ibu berkata kepada anaknya sambil sedikit memberi penekanan “Nah Nak,
jadilah seperti Mbak i-pod, Mbak laptop, Mbak BB, Mbak Ferrari, Mbak Intan atau
Mbak Berlian”
Maka dengan
tegas akupun menjawab, “Tidak, aku bukan mereka, mereka bukan aku, Aku adalah
aku!”
Kemudian sang
sahabat menghampiri dan berkata “Hei, jadi cewek itu mbok ya kayak si
Swift, A, B, C, D, E, F, G, H...”
Sekali lagi
dengan tegas aku katakan, “Tidak, aku bukan dia, dia bukan aku, Aku adalah
aku!”
Dengan muka
yang masih selalu menyebalkan seorang teman pun hadir, “Kamu itu kok
!@#$%^&*()_+=-0(*&^^%$$#@#@!. Beda banget sama si Mio”
Dengan santai
kata-kataku harus terucap “Tidak, aku bukan dia, dia bukan aku, Aku adalah
aku!”
Selalu,
setiap saat aku yakinkan pada diriku sendiri, bahwa aku benar dengan caraku
sendiri, aku punya jalanku sendiri. Tak perlulah aku mengikutimu, dia atau
mereka. Aku cukup paham melewati semua ini, aku cukup tegar menjadi diriku
sendiri. Yang aku butuhkan hanya sedikit waktu untuk bicara dengan hatiku,
mendengar keluhan dan permintaannya, tak lebih.
Dan ketika
kita berangkat dari titik yang sama, dengan impian yang sama, kisah yang sama,
usaha yang sama, namun kanyataannya Tuhan lebih membuatmu bersinar, kau telah
menggapai bintangmu. Masihkah aku mampu mengucap kalimat-kalimat itu lagi?
“Aku bukan
dia, dia bukan aku, Aku adalah aku!”
Ah, pahit,
kau tahu! Perih! Jiwa manusiaku belum mampu membuatku menjadi malaikat yang
bebas dari rasa iri. Dan apakah aku salah? Bukankah aku juga pantas
mendapatkannya? Atau hanya karena kamu lebih beruntung? Ah sudahlah. Bukankah aku
cukup kuat menjadi diriku sendiri? Yang akan selalu menjadi yang terbaik dengan
caraku sendiri. Aku hanya perlu meyakinkan sahabat terbaikku, naluriku, bahwa
ada sejuta jawaban di depan sana, jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu.
Dan tenanglah
sahabat, senyum ini akan tetap tulus aku berikan untukmu. Because you’re
deserve of it!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar