Ya, memang begitulah adanya. Kontribusi adalah pilihan. Kau berhak memilihnya atau melewatkannya. Namun,,
Kontribusi, suatu tindakan untuk ikut serta bertindak aktif dengan mengoptimalkan kemampuan sesuai bidang dan kapasitas masing-masing yang dimaksudkan untuk memberi manfaat kepada masyarakat sekitar. Seorang siswa berkontribusi dengan belajar rajin, memahami setiap pelajaran sehingga nantinya akan lulus sekolah.
Cukupkah demikian?
Kontribusi nyata seorang siswa adalah dengan memahami setiap detik waktu dimana ia memperoleh berbagai mata pelajaran dengan diterapkan secara nyata di lingkungannya. Mulai mempunyai kesadaran untuk peka terhadap lingkungan dan menghargai waktu. Disiplin, jika guru memang terlambat masuk kelas kemudian para siswa kurang nyaman dengan hal itu, maka bertekadlah untuk tidak pernah melakukan hal tersebut bukannya justru “ah, hari ini pasti jam pelajaran akan tertunda beberapa menit, berangkatnya ikutan telat aja ah.” Suatu kebiasaan yang telah menjadi mindset siswa saat ini. Waktu tak akan terulang dan kesempatan tak akan datang dua kali. Menghargai waktu merupakan kewajiban yang harus semenjak dini dilatih (menasihati diri sendiri ).
Menghargai waktu merupakan awal untuk menjadikan diri menjadi produktif. Melakukan kegiatan sesuai dengan waktu yang ditentukan, jika mendapat tugas yang dapat selesai dalam waktu satu hari kenapa harus mengahabiskan waktu satu minggu? Melatih kita untuk dari awal tidak korupsi bukan?
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Begitulah sabda nabi. Memanfaatkan potensi yang dimiliki untuk memberikan hal-hal yang berguna bagi masyarakat sekitar. Kemampuan kita telah menjadi anugerah terindah dari Tuhan, jika Tuhan telah memberi kesempatan kita bisa bersekolah, jauh lebih beruntung dari teman-teman yang menginginkan sekolah namun tak tercapai. Masih enggankah kita memanfaatkan kesempatan itu untuk melaksanakan tugas sebagai tunas-tunas pembangun bangsa, dan bangsa ini hanya akan menjadi lebih baik jika dipimpin oleh generasi yang baik pula. So, mari bersemangat Kawan! Kenapa disini yang dibahas adalah siswa? Karena siswa berada di tingkat pendidikan dini, jika mereka sudah terbiasa terhadap hal-hal yang baik dan bertanggung jawab, maka jika kelak menjadi mahasiswa tak masalah jika mereka berkoar-koar mengkritisi kebijakan pemerintah dan jika menjadi pemimpin, semoga bisa menjadi pelopor, pemimpin yang menjadi teladan, pemimpin yang selalu berpikir untuk memberi dan melayani bukan meminta dan dilayani.
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Begitulah sabda nabi. Memanfaatkan potensi yang dimiliki untuk memberikan hal-hal yang berguna bagi masyarakat sekitar. Kemampuan kita telah menjadi anugerah terindah dari Tuhan, jika Tuhan telah memberi kesempatan kita bisa bersekolah, jauh lebih beruntung dari teman-teman yang menginginkan sekolah namun tak tercapai. Masih enggankah kita memanfaatkan kesempatan itu untuk melaksanakan tugas sebagai tunas-tunas pembangun bangsa, dan bangsa ini hanya akan menjadi lebih baik jika dipimpin oleh generasi yang baik pula. So, mari bersemangat Kawan! Kenapa disini yang dibahas adalah siswa? Karena siswa berada di tingkat pendidikan dini, jika mereka sudah terbiasa terhadap hal-hal yang baik dan bertanggung jawab, maka jika kelak menjadi mahasiswa tak masalah jika mereka berkoar-koar mengkritisi kebijakan pemerintah dan jika menjadi pemimpin, semoga bisa menjadi pelopor, pemimpin yang menjadi teladan, pemimpin yang selalu berpikir untuk memberi dan melayani bukan meminta dan dilayani.
Setiap
manusia yang menginginkan keberadaannya memberikan sesuatu yang berbeda
sehingga diperlukan untuk dimintai pertimbangan maupun ide dalam suatu
kegiatan., dimana kehadirannya menjadi suatu berkah, tentu adalah mereka
yang mengabdikan diri secara total demi kepentingan masyarakat banyak.
Sekali lagi itulah kontribusi. Kontribusi membuat setiap orang yang
melakukannya merasa termotivasi karena memberikan values dan kepuasan
berupa keberhasilan pencapaian target. Selain itu, jika setiap orang
berkontribusi maka akan tercipta bangsa yang seimbang dan unggul dalam
berbagai hal. Lalu apa yang menyebabkan masih ada yang enggan
berkontribusi?
Enggan
berkontribusi mungkin dikarenakan belum sadar saja terhadap apa yang
harus dilakukan dengan posisinya saat ini. Siapapun kita, yakinlah bahwa
kita mampu berbuat untuk kebaikan masyarakat, mengabdikan diri dan
tidak berbuat zalim terhadap diri sendiri. Zalim terhadap diri sendiri
di sini tidak diartikan sebagai suatu tindakan yang “dengan dua tangan,
aku mengangkat sepuluh ember” tetapi suatu tindakan “dimana kedua tangan
ini mampu membawa sepuluh ember tapi kita hanya membawa dua ember”.
Kesimpulannya, jangan membatasi diri kita, Kawan! Mengaktualisasikan
diri untuk memberi yang terbaik. Berusaha semaksimal mungkin,
mengerahkan segenap tenaga dan pikiran, lawan kemalasan dan terus
berjuang. “Karena dunia ini tak menyediakan ruang bagi orang yang dengan
mudahnya mengasihani diri sendiri” (Pak Arif Munandar). Dan masih
adakah yang menolak bahwa kontribusi adalah pilihan terbaik??
……….”Kami berbangga
ketika jiwa-jiwa kami gugur
sebagai penebus bagi kehormatan mereka,
jika memang tebusan itu yang diperlukan.
Atau menjadi harga
bagi tegaknya kejayaan, kemuliaan,
dan terwujudnya cita-cita mereka,
jika memang itu harga yang harus dibayar.
Tiada sesuatu yang membuat kami bersikap seperti ini
Selain rasa cinta yang telah mengharu-biru hati kami,
Menguasai perasaan kami, memeras habis air mata kami,
Dan mencabut rasa ingin tidur dari pelupuk mata kami”…………..
(idealisme kami)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar