Sabtu, 07 Januari 2012

Ceritaku dan Senja







Senja memang selalu punya cerita
Dengan rona nan elok dan mempesona
Ketika manusia mulai rehat
Dari kepenatan dunia, dari beban peran yang disandangnya
Senja memang selalu punya cerita
Mengenai serumpun padi nan keemasan
Ketika burung-burung terpesona untuk mendekat
Dan sang petani menghalau dengan telatennya
Dan senja memang selalu punya cerita
Ketika angin mulai berhembus menuju samudera
Dan anak-anak bertubuh kering berlari-lari membawakan jala
Mengantar keberangkatan sang Ayah tercinta
Mengail dan menjala menghidupkan keluarga
Senja tak akan pernah habis bercerita
Mengenai perjuangan
Mengenai pengorbanan
Kontempelasi dan muhasabah
Dan ini ceritaku bersama senja
Ketika aku mendesah padanya
Mengenai idealita dan realita
Dan dia berbisik lembut padaku
Ketika kami saling beradu pendapat
Dan ketika diam kemudian menjadi bahasa
Dan semakin gelap semakin indah
Senja memang selalu punya cerita

Sebuah Cerita di Kolong Langit





Kolong langit itu masih menjadi saksi
Tentang perjuangan seorang ayah yang mengais rizki dunianya
Tentang seorang ibu yang melacurkan diri untuk anak-anaknya
Tentang seorang pemuda yang berjibaku dengan buku dan tesis statemennya
Tentang gadis-gadis yang mendatangi pesta tahun barunya
Tentang mayat-mayat hidup yang tergelepar karena kelaparan
Tentang seorang anak yang menuliskan mimpi masa depannya
Tentang sang koruptor yang tertawa puas atas apa yang telah dilakukannya
Dan sekali lagi langit luas itu masih menanungi
Tentang mereka yang masih peduli akan nasib bangsanya
Tentang anak muda yang menyusun strategi gemilangnya
Tentang seorang ayah yang mengajarkan keberanian hidup pada anak lelakinya
Tentang ibu yang kini sendiri mengasuh enam orang anaknya
Tentang seorang guru yang dengan hati menyentuh hati murid-muridnya
Tentang mereka yang masih optimis akan perbaikan negerinya
Tentang mereka yang menulis rencana-rencana untuk bertindak nyata
Tentang mereka yang masih mempunyai semangat pancasila di dadanya
Tentang mereka yang tak hanya lulus ujian di atas kertas, juga mereka yang mengejawantahkan ilmunya dalam realita kehidupan
Tentang mereka yang masih mau bergerak dan berkarya
Dan masih di bawah langit yang sama, aku disini masih bersama lamunanku
Dan kau disana bersama apa yang kau anggap benar
Sudahlah tak perlu dirisaukan, karena selamanya memang akan selalu seperti ini

Selasa, 03 Januari 2012

Sendiri

Aku kehilangan senyum yang kau ciptakan
Saat kita lalui pagi dan siang
Senyum yang bisa menjadi tawa
Bisa menjadi tangis tanpa rencana
Tawa bahagia yang menghiasi kebersamaan
Tangis haru yang kau ciptakan di titik-titik klimaks
Tak bisa lagi kulihat senyummu di pagi itu
Senyum bersama mentari yang malu-malu
Tak bisa lagi kudengar tawamu tiap siang hari
Tak kutemui lagi sapa ramah dirimu di tiap lorong itu
Di bangunan bisu itu
Karena sekarang kau adalah kau yang disana
Dan aku disini masih menatap pagi, sendiri

Hei, Kau!



Teruntuk kau yang disana

Ya, kau

Kau yang hanya diam di singgasana itu

Dengan pakaian kebesaranmu

Kau yang dalam foto berpeci itu membisu di dinding-dinding kantor

Kau, ya Kau

Entah apa yang kaupikirkan

Yang sebagian orang begitu bangganya berjabat denganmu

Yang kata sebagian orang kaulah orang terhormat itu

Kaulah orang besar itu

Namun bagiku,

Kau tak ubahnya sebuah gambar tak bermakna

Tak berdaya dan tak mampu berbuat apa-apa

Kau memang besar, sebesar masalah yang tak segera kau selesaikan

Kau tak bertindak dan tak ada pergerakan

Kau memang begitu dan akan selalu seperti itu